Ekonomi

Peringatan Hari Kopi Internasional, Gubernur Ridho Jadi Barista

Gubernur Lampung Muhammad Ridho Ficardo menjadi Barista pada peringatan Hari Kopi Internasional di Hotel Novotel Bandarlampung, Jumat (29/9/2017) malam.

OTENTIK (BANDARLAMPUNG)–Gubernur Lampung Muhammad Ridho Ficardo meminta kalangan industri kopi memperluas kemitraan dengan petani kopi, guna meningkatkan kualitas kopi setempat.
"Petani bukan sekedar menghasilkan kopi, tapi kita dorong mengoptimalkan lahan dan meningkatkan mutu kopi berstandar internasional. Pembinaan itu harus dilakukan bersama pemerintah daerah dan swasta, agar lebih banyak petani terbina," ungkap gubernur di Bandarlampung, Senin (2/10/2017).
Ridho juga meminta agar kopi menjadi industri kreatif dan konten pariwisata khususnya pengembangan tapis. "Ketika bicara Lampung ingatan orang tertuju pada kopi dan tapis. Saya bercita-cita Lampung menjadi destinasi wisata kopi," ujarnya.
Konsep pertanian dan pariwisata, terang Ridho, sukses dijalankan di Thailand yang mengemas pertanian dari hulu ke hilir menjadi produk pariwisata.
Menurut gubernur yang menjadi Barista pada peringatan Hari Kopi Internasional di Hotel Novotel Bandarlampung, Jumat (29/9/2017) malam ini, potensi Thailand dan Lampung hampir sama. "Lampung punya potensi menyamai Thailand di bidang ini. Semua potensi kita punya," jelas Ridho.
Salah satu upaya menaikkan pamor kopi Lampung, terang gubernur, adalah dengan meningkatkan konsumsi kopi dalam negeri. Peringatan Hari Kopi Internasional, akan digelar setiap tahun sebagai upaya mempromosikan kopi menjadi gaya hidup masyarakat baik di Lampung maupun nasional.
Pemerintah pusat, kata Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah, Kementerian Perindustrian, Gati Wibawaningsih memuji upaya Lampung dalam meningkatkan konsumsi kopi dalam negeri.
Ia mengakui konsumsi kopi dalam negeri masih kecil yakni 1,1 kg per kapita per tahun, sedangkan yang tertinggi yakni Finlandia 11,4 kg kapita per tahun.
"Potensi pasar dalam negeri masih berkembang baik. Oleh karena itu, kebijakannya adalah peningkatan kapasitas sumber daya manusia seperti barista, roaster, penguji cita rasa, dan peningkatan nilai tambah kopi dalam negeri terutama kopi sangrai atau roadted bean, melalui penguasaan teknologi roasting," jelasnya.
Kebijakan itu, kata Gati, secara perlahan akan membuat Indonesia tidak lagi menjadi negara pengekspor biji kopi, tapi eksportir kopi sangrai untuk Asia, bahkan dunia.
"Hal ini dapat tercapai apabila pemerintah mencantumkan asal masing-masing daerah. Saya mengapresiasi ide Gubernur Lampung yang mencantumkan nama daerah pada label kopi," tambahnya. (jn/ida)


Comments