Berjuang Wujudkan Mimpinya Menjadi Arsitek di UBL, Simak Pengalaman Mahasiswa Difabel Ini
OTENTIK
(BANDARLAMPUNG) – Keinginan yang kuat menjadi
pendorong seseorang untuk mewujudkan cita cita dan impiannya.Tidak terkecuali
bagi seorang Aziz Hermawan warga kampung Sukarame, Kecamatan Meraksa Aji,
Kabupaten Tulang Bawang, penyandang disabilitas paraplegi (kelumpuhan) yang
memiliki keahlian membuat sketsa dan diaplikasikan dalam bentuk miniatur
bangunan. Kisahnya sempat viral beberapa waktu lalu dan saat ini ia sedang
berjuang mewujudkan mimpi dan cita citanya menjadi seorang arsitek profesional
di program studi Arsitektur, Universitas Bandar Lampung (UBL).
Ditemui di
kampus UBL, Aziz menceritakan pengalamannya kuliah. “Alhamdulillah tahun 2019
saya mendapatkan beasiswa dari UBL kuliah di program studi Arsitektur. Saat ini
saya sedang menempuh kuliah di semester 6. Mengawali kuliah dulu bukanlah hal
yang mudah, selain harus mampu mengatasi rasa percaya diri, juga harus
beradaptasi dengan fasilitas kampus, walaupun sudah ada fasilitas yang
disiapkan oleh pihak kampus untuk membantu mobilisasi saya. Beruntung sekali
saya memiliki teman-teman satu angkatan yang sangat membantu saya mengikuti
perkuliahan,” terang Aziz, Rabu 16/3.
“Selama
mengikuti kuliah saya banyak mempelajari hal baru yang mengasah soft skill dan
hard skill. Beberapa diantaranya adalah belajar software desain seperti
AutoCad, Sketchup, Photoshop, dan lain lain, juga mempelajari bagaimana membuat
sketsa arsitektur, konsep desain, perencanaan dan perancangan. Disamping juga
bergaul dengan teman dari berbagai angkatan, diskusi, berbagi informasi, terus
mengasah dan menambah luas wawasan saya tentang dunia arsitektur,” tambahnya.
Kesibukannya
dalam dunia perkuliahan tidak menyurutkan semangat Aziz untuk menorehkan
prestasi. “Alhamdulillah, pada 2019 di awal masa perkuliahan dulu, saya
mendapatkan penghargaan Best Design Harapan 1 dari program studi Arsitektur UBL
dan pada tahun 2021 saya berhasil meraih Juara 2 Tingkat Nasional Lomba Desain
Rumah 2 Lantai yang diadakan oleh Himpunan Tenaga Ahli Konstruksi Indonesia
(HIPTASI) dan PUPR di Jakarta,” kenang Aziz.
Indyah
Wardani, salah satu dosen program studi Arsitektur saat diwawancarai menyatakan
sangat mengapresiasi Aziz yang dengan keterbatasannya dia dapat membuktikan
mampu dengan dapat mengikuti proses perkuliahan seperti mahasiswa lain pada
umumnya. "Suport dari teman-teman satu angkatan patut diacungi jempol, mereka
membantu mendorong kursi roda dan terkadang mengangkat Azis kalau ada
perkuliahan dibeberapa tempat yang mungkin kesulitan bagi dia untuk mobilisasi.
IPKnya juga bagus, 3.43,” ujarnya.
Aziz memiliki
ketertarikan dalam bidang arsitektur sejak duduk di bangku Sekolah Menengah
Atas. Ketertarikannya tersebut bukan hanya persoalan untuk belajar bagaimana
membuat desain yang bagus namun juga tentang bagaimana seorang yang
berkecimpung di bidang ini dapat menjaga keberlanjutan alam dan kehidupan
manusia serta makhluk hidup lain.
Ia pun
berharap dapat mengembangkan keilmuannya tidak hanya untuk dirinya sendiri
namun juga bermanfaat bagi orang banyak. “Harapan saya untuk diri saya
kedepannya sih semoga bisa mengembangkan keilmuan saya menjadi arsitek
profesional seperti Andra Matin,” terang Aziz.
Ia berpesan
kepada teman-teman mahasiswanya untuk jangan pernah berhenti mengejar mimpi dan
menggapai cita-cita. “Selalu semangat dan jangan pernah minder dengan kondisi
atau kekurangan diri kita karena hidup tidak cukup hanya dengan duduk merenungi
hidup. Tapi kita harus punya suatu target untuk dicapai dan kita harus tetap
mengembangkan diri terlepas dari apapun kekurangan kita,” tutup Aziz. (ida/rls)
Comments