Mirza-Jihan: Membangun Harapan
OTENTIK ( BANDARLAMPUNG ) -- Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung telah selesai. Perhitungan quick count LSI Mirza-Jihan membawa Mirza-Jihan menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung dengan perolehan suara 82,6%. Angka ini menunjukkan hasil yang sangat signifikan dimana lebih dari 80% masyarakat memberikan kepercayaan kepada pasangan muda ini untuk memimpin provinsi dengan jumlah penduduk hampir 9,5 juta jiwa.
Rahmat Mirzani Djausal, sosok muda yang telah lama malang melintang di dunia bisnis dan politik di Provinsi Lampung, Ketua HIPMI Lampung dan anggota DPRD Provinsi Lampung adalah bagian dari perjalannya. Berpasangan dengan dr.Jihan Nurlela yang dalam lima tahun terakhir aktif sebagai anggota DPD RI perwakilan Lampung. Dua sosok muda yang sebelumnya tidak diperhitungkan akan mundur sebagai pasangan di Pilkada 2024 di Provinsi Lampung akan tetapi mampu meyakinkan mayoritas masyarakat bahwa mereka akan mampu memimpin provinsi yang dikenal sebagai Indonesia mini ini. Rahmat Mirzani Djausal lebih banyak dikenal publik sebagai pengusaha dan politisi yang aktif membawa angin perubahan di bidang infrastruktur dan ekonomi. Sementara itu, dr.Jihan Nurlela lebih banyak berfokus pada isu-isu sosial seperti pemberdayaan perempuan dan kesehatan masyarakat. Sebuah kombinasi yang ciamik yang mampu membuat masyarakat tertarik untuk memberikan kepercayaan kepada dua tokoh ini.
*Komunikasi Publik*
Sebagai tokoh muda yang dianggap lebih minim pengalaman dibandingkan pesaingnya, Mirza-Jihan memiliki tantangan untuk bisa “menjual” diri mereka di hadapan publik. Pada awal pemilihan, tak sedikit yang mencibir keduanya dikarenakan dianggap masih terlalu muda untuk bisa menjadi eksekutif di tingkat provinsi. Long story short, Mirza-Jihan dengan semua kekuatan dan niat yang mereka punya, harus mampu mengkomunikasikan Visi dan Misi yang akan mereka bawa untuk Lampung.
Secara teori, Mirza-Jihan melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan menggunakan teori partisipasi masyarakat. Dimulai dengan visi yang sederhana tetapi dalam “BERSAMA, LAMPUNG MAJU MENUJU INDONESIA EMAS”. Dalam visi yang mereka usung, Mirza-Jihan mengedepankan kebersamaan. Hal ini menjadi sebuah magnet yang secara tidak langsung berhasil membawa masyarakat merasa bahwa masyarakat diikutsertakan dalam kepeimpinan kedepannya. Kemudian dalam pidato-pidato yang diucapkan di publik, baik Mirza maupun Jihan juga berkali-kali mengucapkan kata “Bersama” atau “Bersama-sama” dimana mereka ingin menegaskan bahwasanya masyarakat Lampung akan terus menjadi bagian dari sistem pemerintahan yang akan mereka jalankan.
Bila kita tilik kegiatan-kegiatan yang dilakukan selama dua bulan masa kampanye, komunikasi publik yang dibangun oleh Mirzan-Jihan lebih banyak mengarah pada pendekatan langsung kepada masyarakat melalui berbagai forum dan kesempatan, baik secara fisik maupun digital. Pendekatan yang dilakukan cenderung humanis dan menebar harapan, baik dari pemilihan bahasa di pidato, isu-isu yang diangkat di pertemuan dan di sosial media, hingga gesture yang ditampilkan di depan masyarakat.
Komunikasi interpesonal menjadi salah satu kekuatan yang dimiliki oleh pasangan ini. Mirza-Jihan melakukan pendekatan langsung kepada masyarakat secara spesifik, dari mulai kelompok adat hingga komunitas petani. Dialog dibuka dua arah, hal yang juga menjadi catatan penting, sehingganya masyarakat mampu melihat dua tokoh ini sebagai calon pemimpin yang akan mau mendengarkan keluhan dan masukan masyarakat secara langsung. Bahkan yang menjadi catatan, pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur ini memilih Desa Way Haru dan Pulau Sebesi (desa 3T) sebagai titik kick off kampanye yang mereka lakukan. Mirza-Jihan juga melakukan komunikasi simbolik dengan menggunakan pakaian adat hingga menghadiri acara tradisional dan acara keagamaan. Dalam setiap kesempatan, Mirza-Jihan memanfaatkan moment untuk berdiskusi langsung terkait isu-isu yang dekat dengan keseharian rakyat, seperti pengentasan kemiskinan dan peningkatan kualitas pendidikan. Tak lepas juga, senyum dan sapa serta swafoto dilakukan secara langsung untuk memperlihatkan bahwa Mirza-Jihan juga masayarakat biasa yang merupakan bagian dari rakyat kebanyakan.
*Media Sosial dan Relawan*
Di era digitalisasi, segala segitu tidak terlepas dari peran media sosial. Yang menjadi pertanyaan, komunikasi media sosial seperti apa yang mampu mengangkat popularitas Mirza-Jihan dalam jangka waktu yang sempit? Air Force, demikian nama pasukan yang Mirza-Jihan miliki untuk menggebrak masyarakat lewat jalur digital. Instagram, Tiktok, Facebook, Youtube, semua digerakkan, tidak hanya untuk mempertunjukkan kegiatan Mirza-Jihan, tapi juga berbagi ide dan gagasan. Tim Air Force secara aktif membagikan setiap kegiatan yang dilakukan oleh Mirza-Jihan, menyebarluaskan program-program yang diusung, bahkan meng-upload beberapa hal terkait kehidupan personal yang humanis. Kolom komentar yang dibuka, live streaming untuk berinteraksi, juga pesan-pesan yang dbalas menjadi poin kuat yang mampu menunjukkan keterbukaan kepada masyarakat. Informasi publik terkait kegiatan calon pemimpin terbuka luas di akun-akun sosial media Mirza-Jihan, baik akun personal maupun akun resmi. Hal ini menunjukkan pemahaman Mirza-Jihan terkait pentingnya komunikasi publik yang terbuka, khususnya dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin terhubung secara digital. Akun publik yang terbuka juga menjadi simbol harapan bahwasanya pemimpin ke depan akan mudah diraih oleh masyarakat.
Komunikasi politik partisipatif juga menjadi salah satu stategi yang digunakan oleh Mirza-Jihan. Menyandang kata “Bersama” dalam misinya, Mirza-Jihan secara aktif membuaka ruang partisipasi publik baik secara langsung ataupun tidak langsung. Survei di media sosial, kegiatan forum aspirasi, hingga FGD dengan berbagai stakeholder dalam perumusan misi dan program menjadi salah satu kekuatan mereka. Dan kembali lagi, hal ini perlu diketahui oleh publik dan tim Air Force kembali memegang peranan penting dalam perluasan informasi kegiatan secara masif di dunia digital. Berbagai akun relawan juga muncul dan terus-menerus mengabarkan ke publik hal-hal yang terkait kegiatan, kebijakan, dan program kedua tokoh ini. Tak dipungkiri, relawan Mirza-Jihan terdiri dari berbagai macam komunitas yang secara aktif juga menjadi peluru perjuangan penyebarluasan program-program yang diusung.
*Komunikasi Naratif*
Komunikasi politik Mirzan-Jihan tidak hanya terbatas pada kampanye online, mereka juga aktif melakukan kampanye tatap muka di berbagai daerah di Lampung, bahkan hingga desa terluar dan terpencil. Dari sosial media keduanya terlihat bahwa dalam setiap pertemuan tersebut, Mirza-Jihan menggunakan pendekatan yang humanis, berbicara langsung dengan warga, mendengarkan aspirasi mereka, mencatat keluhan, dan menjelaskan program kerja mereka secara terbuka. Hal ini memberi kesan bahwa mereka peduli dan siap melibatkan masyarakat dalam proses perubahan yang mereka janjikan.
Hal lain yang tak kalah penting, pemilihan diksi dan strategi komunikasi keduanya juga perlu kita lihat lebih dalam. Dalam beberapa kegiatan publik formil, seperti Debat Kandidat yang diselenggarakan KPU, Mirza-Jihan secara konsisten mampu menarasikan rencana program dan kegiatan mereka secara humanis. Pemilihan kata, kalimat, dan diksi yang diungkapkan di depan publik mampu membangun narasi tentang perjuangan dan visi mereka untuk Lampung. Kata-kata yang dipilih juga mampu mencerminkan bahwa Miza-Jihan datang dan siap membawa harapan baru bagi masyarakat. Pemilihan siapa bicara apa juga menjadi kunci yang tidak lepas dari kemampuan pasangan ini dalam menganalisa stategi komunikasi naratif yang akan mengena. Latar belakang pengusaha dan politikus membuat Mirza banyak berbicara tentang ekonomi, infrastruktur, dan pendidikan. Sementara Jihan, dengan latar belakang pendidikan dokter dan anggota DPD lebih banyak “bermain” di pembicaraan terkait kesehatan, sosial, dan pemberdayaan. Pemilihan tema-tema ini semakin mencerminkan bahwa Mirza-Jihan adalah calon pemimpin dan memiliki kekutan masing-masing dan akan mampu saling mendukung dan melengkapi satu sama lain.
*Membangun Harapan*
Pilkada selesai dengan angka perolehan yang signifikan, selanjutnya Mirza-Jihan hanya tinggal menunggu ketetapan KPU dan kemudian bersiap memulai bab baru perjalanan hidup mereka sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Lampung. Banyak harapan terpatri pada dua tokoh muda ini. Lima tahun ke depan, akankah kemampuan Mirza-Jihan membangun harapan akan seiring sejalan dengan kemampuan mereka mewujudkannya? Kita lihat saja.(***)
Comments