Pembangunan

"Membangun Budaya Adil Gender dan Ramah Anak"

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Yohana Yembise, saat menghadiri Dies Natalis Ke-52 Universitas Lampung dan seminar nasional "Membangun Budaya Adil Gender dan Ramah Anak" di ruang Abung Balai Keratun, Bandarlampung, Selasa (17/10/2017).

OTENTIK (BANDARLAMPUNG)–Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Yohana Yembise, mengatakan, pemerintah menargetkan pada 2030, perempuan Indonesia lebih maju dibandingkan negara lain.
"Kini, Indonesia satu dari 10 negara besar yang ditunjuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) membawa perempuan setara gender 50:50 bukan 30 banding 70 lagi," ungkap Menteri Yohana, pada Dies Natalis Ke-52 Universitas Lampung dan seminar nasional "Membangun Budaya Adil Gender dan Ramah Anak" di Ruang Abung Balai Keratun, Bandarlampung, Selasa (17/10/2017).
Ia menyebutkan, perempuan jangan dianggap sebagai manusia nomor dua. Saat ini ada sembilan perempuan dalam Kabinet Presiden Joko Widodo.
Data BPS juga menunjukkan mahasiswa di kampus 60 persen wanita dan 40 persen laki-laki.
Namun, lanjutnya, partisipasi melamar pekerjaan laki-laki 70 persen dan wanita 30 persen.
Menurut Menteri Yohana, pemerintah giat menyukseskan program PBB. Perempuan dan anak adalah pilar penting di PBB sekarang.
Ia menjelaskan, ada 17 indikator, yang kelima tentang gender dan kesetaraan gender. "Saya bersyukur di Provinsi Lampung banyak pejabat perempuan," ujar Yohana.
Dalam menyukseskan itu, Kementerian PP dan PA melibatkan perguruan tinggi. Seperti kajian tentang `Female Genital Mutilation oleh empat Perguruan Tinggi` di empat provinsi.
Selain itu, kajian tentang `Grand Desain Intervensi Program Perempuan dan Anak di Papua dan Papua Barat` yang melibatkan universitas dan dan Dewan Adat Papua.
"Sebagai dosen, saya percaya banyak inisiatif dan upaya perguruan tinggi dalam membangun masyarakat. Banyak program inovatif dan aplikatif yang lahir. Dosen dan mahasiswa juga berperan sebagai agent of control dan perubahan," terang Menteri Yohana.
Persoalan gender, menurut Rektor Universitas Lampung, Hasriadi Mat Akin, tidak terlepas dari budaya.
Ia menjelaskan, bahwa budaya patriliniar menganggap posisi perempuan menjadi subordinat. Selain itu pemahaman agama yang kurang tepat sehingga perempuan menjadi subordinat.
Menurutnya, di bidang pendidikan anak, perempuan berperan menjadikan anak generasi penerus yang berkualitas di masa depan. Dengan bekal ilmu pengetahuan, perempuan bisa mendidik anak dengan baik.
Saat ini, lanjut dia, jurusan di Universitas Lampung, seperti Kedokteran dan Hukum 70 persen adalah perempuan.
"Diharapkan perempuan di Lampung menjadi ujung tombak masa depan negara kita," ungkap Hasriadi.
Usai menghadiri seminar, Menteri PP dan PA menghadiri ramah tamah dengan 50 mahasiswa Universitas Lampung asal Papua. Menteri mengharapkan, setelah lulus para mahasiswa dapat membangun dan mengelola Tanah Papua.
"Tanah Papua ke depan ada di pundak mahasiswa. Saat mereka kembali diharapkan, menjadi sumber daya manusia yang berguna untuk bangsa dan negara. Perempuan Papua hendaknya juga tidak kalah andil dari laki-laki di Papua, sehingga menjadi aset pemimpin di Tanah Papua," jelas Menteri Yohana. (jn/ida)


Comments