Lampung Barat Dicanangkan sebagai Kabupaten Tangguh Bencana
OTENTIK (LAMPUNG BARAT) – Kabupaten Lampung Barat, Provinsi Lampung, dikukuhkan
sebagai Kabupaten Konservasi sekaligus dicanangkan sebagai Kabupaten Tangguh
Bencana dengan dukungan peralatan maupun personel bersama masyarakat untuk
menghadapi potensi bencana alam.
Menurut Bupati Lampung Barat Parosil Mabsus, di
Lampung Barat, Selasa, peluncuran Kabupaten Tangguh Bencana dan pengukuhan
Kabupaten Lampung Barat sebagai Kabupaten Konservasi itu dilaksanakan Selasa
(9/10/2018) ini di Kecamatan Suoh, Lampung Barat.
Dalam acara itu, Bupati menyerahkan surat
keputusan bupati berupa SK Pembentukan Satgas Penanggulangan Bencana Pekon/Desa
se-Kabupaten Lampung Barat, dan SK Tim Kerja dan Program Kerja 2018-2022.
Dilakukan pula penandatanganan komitmen bersama
dukungan Kabupaten Lampung Barat sebagai Kabupaten Konservasi oleh organisasi
perangkat daerah (OPD) dan Forkopimda plus.
Bersamaan acara itu, juga dilanjutkan dengan
simulasi penanggulangan bencana dan penanaman bibit tanaman secara simbolis
oleh Forkopimda dan OPD terkait.
Di Provinsi Lampung, salah satu daerah rawan
bencana alam, khususnya gempa, adalah Kabupaten Lampung Barat.
Kabupaten ini sudah mempunyai komitmen untuk
menjadi kabupaten tangguh bencana, karena memang berpotensi terjadi gempa bumi
karena berada pada cincin gunung api dan patahan Semangka.
Gempa besar yang menimbulkan korban jiwa ratusan
orang juga pernah terjadi di Liwa, Ibu Kota Lampung Barat pada 1994.
Mantan Kepala Badan Penanggulangan Bencana
Daerah (BPBD) Lampung Barat yang sekarang menjadi Ketua Bappeda daerah itu,
Okmal, mendampingi Bupati setempat Parosil Mabsus menegaskan, saat ini
masyarakat di Lampung Barat harus mengetahui mana saja jalur gempa itu.
Kemudian, di mana jalur evakuasi saat terjadi
gempa dan bencana alam lainnya, tanda peringatan apa yang harus disampaikan.
Semua itu, menurut dia, harus disebarluaskan dan
diinformasikan kepada masyarakat di sini.
"Jadi tugas kita bersama untuk terus
mengingatkan kewaspadaan menghadapi bencana alam itu terus menerus,"
ujarnya.
Dia mengingatkan, menurut para ahli, gempa tidak
bisa diprediksi kapan terjadi, dan saat terjadi gempa baru dapat diketahui di
mana lokasinya dan kekuatannya. Karena itu, daerah rawan gempa di Lampung Barat
dan wilayah lainnya harus siap untuk mengantisipasi dan menghadapinya.
Di Kabupaten Lampung Barat, Palang Merah
Indonesia (PMI) setempat sedang menjalankan program membangun desa tangguh
melalui pendekatan program Pengurangan Risiko Bencana Terpadu Berbasis
Masyarakat yang sudah berlangsung selama satu tahun pada tiga pekon (kampung).
Ketiganya yaitu Pekon Ujung, Kecamatan Lumbok,
Pekon Sukamarga, Kecamatan Suoh, dan Pekon Tuguratu, Kecamatan Suoh.
Sejumlah akademisi juga siap melakukan
penelitian soal bangunan tahan gempa di Lampung Barat.
Secara struktur geologi di Lampung Barat yang
dijumpai dua buah sesar utama, yaitu sesar di bagian timur Kota Liwa (melalui
Suoh, Sukarame dan Way Rebu sampai ke Danau Ranau) dan sesar yang melalui Kota
Liwa (Suoh - kota Liwa - Pekonbalak). Kedua sesar ini berjarak 4 KM dan
keduanya tergolong sebagai sesar aktif (bagian dari Sesar Besar Semangko).
Gempa di wilayah Kabupaten Lampung Barat
terletak pada zona seismik dengan percepatan puncak 0,15-0,20 g (Beca Carter
Holling & Ferner Ltd, 1980).
Berdasarkan peta isoseismik (BMG) terletak pada
skala 5 - 6 MMI. Patahan utama yang terdapat di daerah ini adalah yang melintasi
sepanjang Pulau Sumatera dikenal dengan patahan Semangko.
Aktivitas patahan ini mempengaruhi/mengancam
kota/daerah yang kondisi tanahnya lunak dan lepas (endapan sungai, danau,
pantai) atau tanah reklamasi.
Gempa yang terjadi di Lampung Barat pada 16 Februari
1994 dengan pusat gempa pada 5,4 derajat Lintang Selatan, 104,8 derajat Bujur
Timur, dengan kerusakan VIII - IX skala MMI (BMG) telah mengakibatkan: retakan
tanah (Ground Fracturing).
Retakan-retakan dijumpai di jalan antara Liwa -
Sebarus; antara Padangdalam Sukarame dijumpai retakan tarik dengan lebar
mencapai 20 cm; antara Liwa-Kota Batu (Danau Ranau), Liwa-Sekincau dan di
daerah Suoh. Lebar retakan 30 cm, panjang 30 cm dan dalam 100 cm.
Retakan tersebut umumnya terjadi pada pasir dan
tanah timbunan. Gempa itu juga menimbulkan sejumlah dampak lainnya pada bentang
alam di daerah ini.
Mantan Kepala Stasiun Geofisika Kotabumi,
Lampung Chrismanto juga mengingatkan perlu upaya terus menerus
menyosialisasikan antisipasi menghadapi bencana alam khususnya gempa yang bisa
saja terjadi setiap saat di Provinsi Lampung, terutama di Kabupaten Lampung
Barat.
"Mari kita mengurangi korban jiwa akibat
gempa, perbanyak sosialisasi di Lampung Barat ini yang saya selalu tekankan
jangan menunggu gempa datang, tetapi bersiaplah sebelum gempa datang,"
kata Chrismanto menegaskan. (ptr/jml)
Comments