Momentum Pemulihan Ekonomi Terjaga Seiring Perekonomian Lampung Triwulan IV 2022 Tumbuh Positif
OTENTIK (BANDARLAMPUNG) – Kinerja perekonomian
Provinsi Lampung pada triwulan IV 2022 tumbuh positif 5,05 0/0 (yoy), lebih
tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat 3,94%
(yoy). Pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan ditopang oleh kinerja
Pembentukkan Modal Tetap Bruto (PMBT) yang meningkat jika dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya, serta kinerja Konsumsi Rumah Tangga (RT) dan sektor
eksternal (ekspor) yang tetap tumbuh positif namun mengalami perlambatan.
Secara nominal, perekonomian Lampung pada triwulan IV 2022 berdasarkan ADHB
tercatat sebesar 1 03, 76 triliun dan berdasarkan ADHK (2010) sebesar Rp63,36
triliun.
Secara
keseluruhan tahun 2022, perekonomian Provinsi Lampung tumbuh 4,28% (yoy),
meningkat jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2021 yang tumbuh 2,77%
(yoy). Dari Sisi pengeluaran, pemulihan kinerja Konsumsi Rumah Tangga (RT)
mendorong akselerasi pertumbuhan ekonomi Lampung pada tahun 2022, di tengah
melambatnya komponen pengeluaran Iainnya. Perkembangan tersebut sejalan dengan
normalisasi kegiatan usaha di era new normal yang didukung oleh peningkatan
mobilitas masyarakat dan akselerasi pertumbuhan kredit, baik kredit konsumtif
maupun kredit produktif. Di Sisi lain melambatnya kinerja Investasi dan Ekspor,
serta menurunnya Konsumsi Pemerintah terutama disebabkan oleh realisasi
pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) yang di bawah target, normalisasi
Indeks Harga Komoditas Ekspor Indonesia (IHKEI), dan realisasi belanja APBD
yang hanya tercatat sebesar 88,32%, lebih rendah jika dibandingkan 92,89% pada
tahun sebelumnya. Dari Sisi Lapangan Usaha (LU), pemulihan kinerja LU yang
memiliki keterkaitan dengan mobilitas masyarakat mendorong akselerasi
pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung pada tahun 2022, a.l. Perdagangan Besar
dan Eceran, Transportasi dan Pergudangan, Penyediaan Akomodasi dan Makan dan
Minum, dan Jasa Lainnya. Dari Sisi LU Primer, telah berakhirnya pembangunan
proyek revitalisasi saluran irigasi pada tahun 2020 - 2021 turut mendorong
peningkatan kinerja LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan seiring dengan meningkatnya
produktivitas.
Dari Sisi
pengeluaran, pertumbuhan kinerja perekonomian Lampung pada triwulan IV 2022
terutama disebabkan oleh meningkatnya kinerja PMBT. Kinerja PMBT pada triwulan
laporan tercatat tumbuh 2,78% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya
yang tumbuh
B
1 (yoy).
Kondisi ini ditopang oleh perbaikan kinerja investasi swasta, terkonfirmasi
dari meningkatnya impor barang modal untuk mobil dan mesin.
Di Sisi Iain,
masih positifnya pertumbuhan ekonomi Lampung triwulan IV 2022 ditopang oleh
peningkatan kinerja Konsumsi RT dan sektor eksternal. Konsumsi RT pada Triwulan
IV 2022 tercatat tumbuh 4,67% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan realisasi
triwulan sebelumnya sebesar 4,80% (yoy). Kondisi ini sejalan dengan masih
kuatnya kinerja Konsumsi RT, didorong oleh akselerasi permintaan menjelang Hari
Besar dan Keagamaan Nasional (HBKN) Nataru Tahun 2022, yang disertai dengan
peningkatan jumlah wisatawan dan Tingkat Penghunian Kamar (TPK), seiring dengan
pelonggaran kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat. Dari Sisi sektor
eksternal, kinerja ekspor tetap tumbuh kuat 8,88% (yoy), meski melambat jika
dibandingkan dengan 10,00% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Tetap kuatnya
kinerja ekspor tersebut terutama ditopang oleh ekspor crude palm oi/ (CPO)
(data s.d. November 2022) yang tumbuh 27,28% (yoy), meningkat jika dibandingkan
dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,41% (yoy), seiring dengan meningkatnya
permintaan India. Selain itu, ekspor batu bara juga mengalami peningkatan
dengan pertumbuhan sebesar 1 59,98% (yoy), meningkat jika dibandingkan dengan
46,50% (yoy) pada triwulan sebelumnya, sejalan dengan peningkatan harga acuan
batu bara dunia dan permintaan Tiongkok yang kembali pulih pasca implementasi
Zero Covid Po/icy. Adapun perlambatan kinerja ekspor disebabkan oleh
melambatnya ekspor aneka buah dan bungkil inti kelapa sawit. Di Sisi Iain,
kinerja impor tercatat tumbuh 4,62% (yoy), melambat jika dibandingkan dengan
triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,60% (yoy) sejalan dengan oleh melambatnya impor
antar daerah untuk bahan baku industri makan dan minum. Selain itu, impor luar
negeri untuk barang konsumsi juga tercatat tumbuh melambat. Lebih lanjut,
Konsumsi Pemerintah masih mengalami kontraksi 5, 18% (yoy), namun membaik jika
dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 7,94% (yoy) terutama
dipengaruhi oleh peningkatan realisasi belanja barang dan jasa yang tumbuh
7,77% (yoy), meningkat jika dibandingkan dengan -2,76% (yoy) pada triwulan
sebelumnya.
Dari Sisi
Lapangan Usaha (LU), laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Lampung pada triwulan IV
2022 terutama ditopang oleh Kinerja LU Perdagangan Besar dan Eceran tercatat
tumbuh 1 7,51 % (yoy), meningkat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya
yang tumbuh 16,17% (yoy). Peningkatan tersebut didorong oleh kenaikan
permintaan menjelang HBKN Nataru tahun 2022 yang disertai peningkatan jumlah
wisatawan dan kenaikan penjualan kendaraan motor. Selain itu, kinerja LU
Transportasi dan Pergudangan tercatat tumbuh 27,02% (yoy), meningkat jika
dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh 22,47% (yoy), terutama
didorong oleh jumlah penumpang penyebarang Bakauheni - Merak dan sebaliknya
yang meningkat
1 5,64%
(yoy). Selain itu, kenaikan tersebut juga didorong oleh peningkatan volume
angkut batu
bara Kereta
Babaranjang dari Sumatera Selatan menuju Lampung sejalan dengan meningkatnya
ekspor batu bara. Dari sisi LU Primer, kinerja LU Pertanian, Kehutanan, dan
Perikanan tercatat tumbuh 6,16% (yoy), meningkat jika dibandingkan dengan
realisasi triwulan sebelumnya yang terkontraksi 0,36% (yoy), terutama didorong
oleh peningkatan produksi padi, jagung, ubi kayu, kopi, karet, dan kelapa
sawit. Pertumbuhan kuat LU Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan ini merupakan
yang tertinggi sejak triwulan II 201 5 yang tumbuh 7,79% (yoy).
Di sisi lain,
kinerja perekonomian Lampung pada triwulan IV 2022 yang lebih baik tertahan
oleh terkontraksinya kinerja LU Industri Pengolahan, Jasa Keuangan dan
Asuransi, serta Pertambangan dan Penggalian. Kinerja LU Industri Pengolahan
tercatat terkontraksi 6, 19% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan realisasi
triwulan sebelumnya sebesar 1,59% (yoy) akibat penurunan kinerja Industri Makan
dan Minum. Penurunan tersebut sejalan dengan utilisasi kapasitas produksi pada
triwulan IV 2022 yang dilaporkan sebesar 90%, lebih rendah jika dibandingkan
dengan 100% pada periode yang sama di tahun sebelumnya. Namun demikian,
kontraksi pada kinerja LU Industri Pengolahan yang lebih dalam tertahan oleh
tetap kuatnya permintaan ekspor CPO, baik domestik maupun ekspor. Lebih lanjut,
penurunan kinerja LU Jasa Keuangan dan Asuransi terutama disebabkan oleh
kinerja kredit investasi yang masuk ke dalam zona kontraksi sejak semester II
2022. Adapun penurunan kinerja LU Pertambangan dan Penggalian disebabkan oleh berlanjutnya
natural declining rate pertambangan migas di Pertamina Hulu Energi Offshore
Southeast Sumatra (PHE OSES), yang diperburuk dengan kondisi cuaca yang
mengganggu kegiatan opersiaonal offshore.
Ke depan,
perbaikan kinerja ekonomi Provinsi Lampung diperkirakan terus berlanjut, meski
risiko dari sektor eksternal perlu diwaspadai. Untuk mendukung pertumbuhan
ekonomi yang optimal serta menjaga stabilitas makroekonomi di tengah adanya
scarring effect akibat penyebaran COVID-19 dan meningkatnya risiko inflasi
akibat tekanan eksternal dan domestik, diperlukan upaya bersama seluruh pihak,
antara lain:
1
Meningkatkan produktivitas Lapangan Usaha Pertanian, terutama subsektor tanaman
pangan, melalui peningkatan pemanfaatan alat dan mesin pertanian (ALSINTAN) dan
benih berkualitas, penguatan askes pembiayaan procyclical bagi Petani, serta
memastikan ketersediaan pupuk berkualitas di Provinsi Lampung di tengah
tereskalasinya tensi geopolitik antara Rusia dan Ukraina;
2. Mendorong sinergi pemulihan dan
penguatan struktur industri pengolahan, terutama terkait ketersediaan bahan
baku berkualitas, debottlenecking permasalahan logistik, percepatan pemulihan
stabilitas finansial, serta hilirisasi;
3. Mendorong berlanjutnya peningkatan
konsumsi rumah tangga dengan menjaga pemulihan daya beli masyarakat, percepatan
pemanfaatan dana desa, realisasi bantuan
B
sosial/subsidi
dan program perbaikan kesejahteraan terutama yang menyasar pada UMKM dan MBR
(Masyarakat Berpenghasilan Rendah), termasuk akselerasi digitalisasi sistem
pembayaran melalui perluasan penggunaan QRIS dan intensifikasi program
elektronifikasi;
4. Mendorong pertumbuhan investasi dengan
menjaga persepsi positif investor swasta.
Hal tersebut
dapat dilakukan melalui:
a. Perbaikan dan penyempurnaan iklim
kemudahan berusaha termasuk aspek informasi;
b. Aspek regulasi termasuk di antaranya
percepatan penyempurnaan OSS-RBA;
c. Mengoptimalkan peran Forum Investasi
Lampung (FOILA) sebagai salah satu media untuk mempromosikan potensi investasi
Lampung;
d. Mengidentifikasi dan mendaftar proyek
yang clean and clear yang siap dipromosikan di event promosi investasi luar
negeri melalui GIRU-IRU-RIRU; dan
e. Mendorong dan mendukung investasi bagi
sektor ekonomi lain seperti Pariwisata sebagai new source of growth.
5. Menjaga dan meningkatkan kinerja ekspor
Lampung dengan (1) hilirisasi produk untuk penciptaan nilai tambah; (2)
meningkatkan kelembagaan dan kapasitas serta digitalisasi untuk mendukung UMKM
Go Export; (3) Perluasan ekspor ke pasar non tradisional, promosi, dan
penguatan kerjasama perdagangan; (4) memastikan ketersediaan infrastruktur yang
memadai; serta (5) pemberian dukungan untuk efisiensi biaya logistik;
6. Identifikasi potensi sumber-sumber baru
pertumbuhan ekonomi antara lain melalui optimalisasi local value Chain (LVC)
sebagai strategi dalam mendorong percepatan pemulihan ekonomi di daerah, dan
tidak terbatas pada sektor pertanian pangan, namun termasuk sektor lainnya
memuat komoditas/produk/jasa usaha (KPJU) unggulan UMKM Provinsi Lampung yaitu
industri pengolahan, perdagangan, perikanan, dan akomodasi, makan, dan minum.
Penguatan LVC tersebut di antaranya dengan membentuk klasterklaster ekonomi
baru atau ekosistem dimana korporasi dapat berperan sebagai aggregator dan
offtaker,
7. Pemantauan indikator terkini ekonomi
daerah (Early Warning System) yang akurat dan terkini untuk memantau denyut
perekonomian daerah;
8. Upaya 4K, diantaranya memastikan
keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan
komunikasi efektif. (hendri/rls)
Comments