DPC AWPI Sikapi Aksi Premanisme Terhadap Jurnalis
REFKY:
HADAPI KAMI PAKE OTAK BUKAN OTOT
OTENTIK (BANDARLAMPUNG) – Menyikapi
maraknya tindakan kriminalisasi terhadap pelaku jurnalis saat menjalankan tugas
dilapangan, Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Asosiasi Wartawan Profesional Indonesia
(AWPI) Kota Bandarlampung pertegas peran serta jurnalis dalam kehidupan
berbangsa dam bernegara yang demokratis di Republik Indonesia (RI) ini. Minggu
(30/8/2020).
Refky
Rinaldy, Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Asosiasi Wartawan Profesional
Indonesia (AWPI) Kota Bandarlampung itu mengajak dan menghimbau kepada seluruh
pimpinan organisasi profesi wartawan dilampung khsususnya, untuk menyikapi dan
juga mengawal jalan nya proses hukum yang tengah berlangsung, ataupun yang
belum diproses.
“Hal semacam
ini tidak boleh disepelehkan, jurnalis atau wartawan itu bertrugas atas amanat
UU, bukan segelintiran orang yang bisa di perlakukan basing-basing, apalagi
kerap kali yang melakukan tindakan yang terindikasi menghalangi dan menghakimi
jurnalis itu dari kalangan pejabat pemerintah, sungguh tidak pantas, seharusnya
mereka paham dan mengerti tugas jurnalis itu seperti apa,” ungkapnya kepada
media.
Refky juga
mengatakan bahwa, pasca DPD AWPI Lampung angkat bicara soal insiden kekerasan
dan perampasan alat kerja Wartawan beberapa waktu lalu, seperti yang terjadi di
Lampung Utara, membuat semua DPC DPC AWPI Se-Lampung geram dan angkat bicara.
Dan meminta DPC AWPI Lampung Utara untuk mengawal persoalan tersebut sampai
keranah hukum karena hal tersebut dikategorikan sebagai Pelanggaran pidana dan
perundang-undangan.
“Jelas
tertuang dalam UU No 40 Tahun 1999 Tentang Pers, diatur pula peran serta
masyarakat dan ketentuan pidana, seperti mana yang telah tertuang dalam UU Pers,
maka jangan sembarangan,” tegasnya.
Terakhir
Refky menegaskan, AWPI dak pandang siapa dan apa jabatannya, Jurnalis bekerja
untuk publik, bukan untuk sekte tertentu, maka jangan pernah main-main dengan
Jurnalis, kalau mau beradu pake otak, bukan otot.
"Kami
dididik keras secara pemikiran dan nalar kemanusian, bukan ngencangin otot,
wajar kalau kami sering dibenturkan dengan otot yang kami asah memang bukan
itu, tapi otak," tegasnya. (ida/rls)
Comments