Bupati Chusnunia: Selektif dan Berhati-Hati Dalam Penyaluran Rastra
OTENTIK (LAMTIM)–Pemerintah
Kabupaten Lampung Timur meningkatkan koordinasi dengan Perum Bulog Sub-Divre
setempat menyangkut teknis penyaluran beras untuk keluarga sejahtera (rastra).
"Peningkatan koordinasi itu diperlukan, menyusul kasus satu keluarga
kejang-kejang dan muntah, dan satu di antaranya meninggal dunia usai sarapan
mengkonsumsi rastra pada akhir September lalu, sehingga kesempatan untuk
berkoordinasi dengan Bulog ini diharapkan bisa selektif dan berhati-hati dalam
penyaluran rastra itu," ungkap Bupati Lampung Timur Chusnunia Chalim, di
Lampung Timur, Rabu (11/10/2017).
Chusnunia menegaskan, bahwa korban sarapan pagi satu keluarga di Desa Karang
Anyar, Kecamatan Labuhan Maringgai bukan karena rastra (dulu raskin), mengingat
berdasarkan pengusutan timnya yang mengecek langsung ke rumah keluarga korban.
"Karena tim kemudian memasak sisa rastra itu dan dimakan bersama-sama,
ternyata hasilnya aman dikonsumsi," terangnya.
Bupati Chusnunia mengatakan, timnya menyimpulkan penyebab dugaan keracunan makanan
itu adalah berasal dari minyak goreng yang digunakan untuk memasak lauk sarapan
pagi keluarga dimaksud.
"Informasi dari tim di lapangan penyebabnya dari minyak goreng, karena
tempat memasaknya kurang bersih, minyak gorengnya ditaruh pada wadah bekas obat
untuk tanaman, jadi wadahnya bekas pestisida, disinyalir dari situ," jelasnya.
Sebelumnya, satu keluarga di Desa Karanganyar, Kecamatan Labuhan Maringgai,
Kabupaten Lampung Timur mengalami kejang-kejang dan muntah-muntah usai sarapan
pagi, satu di antaranya meninggal dunia.
Salah seorang korban Heri (37) warga Desa Karanganyar, Minggu (8/10) sore,
mengungkapkan kembali peristiwa yang terjadi pada Sabtu (23/9) lalu.
Heri menuturkan, usai sarapan pagi, enam anggota keluarganya termasuk dirinya
muntah-muntah dan kejang-kejang, meski sempat mendapatkan pertolongan
tetangganya dengan memberikan air kelapa muda sebagai obat penawar dan sempat
dirawat di puskesmas, namun putrinya tidak selamat.
"Usai sarapan pagi setengah jam kemudian kami muntah-muntah, anak saya
yang bungsu Silvi umur 2,5 tahun setelah Isya meninggal dunia," ujarnya.
Ia mengaku tidak mengetahui pasti penyebab sakit keluarganya usai sarapan pagi
itu.
Namun, dia menyebutkan makanan sarapan pagi keluarganya itu berupa nasi dari
rastra bantuan Bulog, lauk telur dan sambal.
"Saya tidak tahu pasti apa sebabnya, karena yang kami makan itu hanya nasi
dari raskin, lauk telur dan sambal," jelasnya. (jn/red)
Comments