“Asesmen Perekonomian Provinsi Lampung Triwulan I 2021”
OTENTIK (BANDARLAMPUNG) – Pertumbuhan ekonomi
Provinsi Lampung triwulan I tahun 2021 tumbuh sebesar -2,10% (yoy), membaik
dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2020 (-2,26%; yoy),
namun jauh lebih rendah dari periode yang sama tahun 2020 (1,74%; yoy) seiring
dengan masih berlangsungnya pembatasan sosial. Secara umum, kinerja
perekonomian yang tumbuh negatif ini disebabkan oleh kontraksi konsumsi rumah
tangga dan konsumsi pemerintah. Konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah
tumbuh negatif, masing-masing -3,89% (yoy) dan -3,66% (yoy). Meski demikian,
kontraksi yang lebih dalam tertahan oleh kinerja investasi yang tumbuh lebih
tinggi dibandingkan triwulan IV 2020 (1,22%; yoy). Sejalan dengan ini, kinerja
ekspor meningkat tajam sebesar 12,60% (yoy). Secara sektoral, perlambatan
ekonomi Lampung triwulan I 2021 disebabkan oleh penurunan kinerja di sejumlah
Lapangan Usaha (LU). Sektor primer terkontraksi dipengaruhi oleh penurunan
pertumbuhan LU pertanian, kehutanan dan perikanan (-1,73%; yoy), di sisi
lain sektor sekunder dan tersier masih
mampu tumbuh positif. Secara spasial, pertumbuhan ekonomi Lampung berada di
bawah pertumbuhan Sumatera dan Nasional yang masing-masing tumbuh -0,86% (yoy)
dan -0,74% (yoy).
Konsumsi
rumah tangga, yang memiliki pangsa terbesar yakni 63,76% terhadap perekonomian
Lampung, terkontraksi sebesar -3,89% (yoy) pada triwulan I 2021, sedikit
membaik dibandingkan triwulan sebelumnya (-3,97%; yoy) seiring dengan masih
berlangsungnya pembatasan sosial. Hal ini antara lain dipengaruhi oleh adanya
pembatasan jam operasional kegiatan usaha pusat perbelanjaan hingga pukul 19,00
WIB dan lokasi hiburan lainnya hingga 22.00 WIB yang mulai berlaku 21 Januari
2021 sampai tanggal 8 Maret 2021. Selain itu, kegiatan sekolah belajar dari
rumah (daring) tetap dilaksanakan hingga 4 April 2021. Sementara itu,
pertumbuhan tipis terjadi pada konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT)
yakni sebesar 0,28% (yoy). Kontraksi yang lebih dalam terjadi pada konsumsi
pemerintah yang turun tajam dibandingkan triwulan sebelumnya yakni -3,66% (yoy)
disebabkan oleh penurunan pertumbuhan realisasi belanja pegawai APBN dan APBD.
Selain itu, terjadi penurunan realisasi belanja barang dan jasa APBN dan APBD.
Sebagaimana pola tahunannya, konsumsi pemerintah cenderung rendah pada awal
tahun.
Kinerja
investasi pada triwulan I 2021 masih tumbuh positif (1,22%; yoy), meningkat
tajam dibandingkan pertumbuhan investasi di triwulan IV 2020 (-8,47%; yoy).
Berbeda dengan pola tahunannya yang relatif rendah pada awal tahun, pertumbuhan
investasi meningkat dipengaruhi oleh peningkatan kegiatan sektor konstruksi dan
realisasi pengadaan semen yang mengalami kenaikan.
Kinerja
sektor eksternal tercatat positif, kondisi ini disebabkan oleh pertumbuhan
ekspor yang lebih tinggi dibandingkan impor yang juga tercatat mengalami
peningkatan pertumbuhan. Pada triwulan I 2021, ekspor meningkat tajam sebesar
12,60% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 5,23% (yoy). Peningkatan
ekspor terutama disebabkan oleh meningkatnya volume ekspor lemak dan minyak
hewan/nabati (63,69%; yoy); ampas/sisa industri makanan (95,98%; yoy); kopi,
teh, rempah-rempah (23,74%; yoy) dan olahan dari buah-buahan/sayuran (49,89%;
yoy). Sejalan dengan ekspor, impor yang tercatat tumbuh negatif pada triwulan
IV 2020 (-0,74%; yoy) juga mengalami peningkatan tajam sebesar 11,62% (yoy)
pada triwulan I 2021. Peningkatan impor terjadi pada volume impor gula dan
kembang gula (144,41%; yoy), ampas/sisa industri makanan (67,79%; yoy) dan
biji-bijian berminyak (151,06%; yoy).
Dari sisi
sektoral, kontraksi ekonomi Lampung pada triwulan I 2021 disebabkan oleh
penurunan kinerja di sejumlah lapangan usaha (LU). Kinerja sektor primer
terkontraksi sejalan dengan penurunan LU pertanian, kehutanan, dan perikanan
(-1,73%; yoy) dan LU pertambangan dan penggalian (-6,05%; yoy). Terkontraksinya
LU pertanian, kehutanan dan perikanan antara lain disebabkan oleh penurunan
pertumbuhan produksi jagung, pisang dan kayu log ditengarai tendensi petani
untuk mengurangi produksinya seiring dengan kekhawatiran pada konsumsi
masyarakat yang belum begitu baik.
Selain itu pada triwulan I 2021 belum memasuki masa panen raya padi yang
biasanya berlangsung pada akhir Maret, sehingga baru akan tercermin pada
triwulan II 2021. Sementara itu, sektor sekunder tumbuh melambat didorong oleh
perlambatan pada sejumlah LU. LU industri pengolahan tumbuh melambat (0,02%;
yoy) dipengaruhi oleh ekspektasi penurunan permintaan global dan domestik
akibat COVID-19. LU pengadaan listrik dan gas
terkontraksi lebih dalam (-13,19%; yoy) dari triwulan sebelumnya. Sektor
tersier tumbuh membaik antara lain dipengaruhi oleh peningkatan LU perdagangan
besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor meskipun masih terkontraksi
(-5,93%; yoy). Peningkatan di sektor ini tercermin pada peningkatan kredit LU
perdagangan besar dan eceran dari 2,17% (yoy) pada triwulan IV 2020 menjadi
2,85% (yoy) pada triwulan I 2021. Di sisi lain, LU transportasi dan pergudangan
terkontraksi lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya sejalan dengan
penurunan pada jumlah penumpang angkutan darat, kereta api dan pesawat akibat
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro di Jawa dan Bali.
Peningkatan
kinerja ekonomi yang lebih tinggi dan menjaga stabilitas makroekonomi di tengah
pandemi COVID-19, diperlukan upaya bersama seluruh pihak. Pertama, Pemerintah
Daerah memiliki peran kunci melalui stimulus fiskal yang telah dipersiapkan
melalui realokasi APBD dan Dana Desa. Pelaksanaan kebijakan tersebut perlu
didukung dengan monitoring, pengendalian dan evaluasi agar tetap berjalan
secara transparan dan efektif. Kedua, mengantisipasi kemungkinan koreksi lebih
lanjut pada konsumsi rumah tangga akibat penurunan daya beli masyarakat dapat
dilakukan dengan memaksimalkan percepatan pemanfaatan dana desa, realisasi
bantuan sosial/subsidi dan program perbaikan kesejahteraan terutama yang
menyasar pada UMKM dan MBR (Masyarakat Berpenghasilan Rendah), termasuk
mendorong penyaluran KUR serta eksekusi program wakaf produktif dan CSR
(Corporate Social Responsibility) dengan melibatkan pihak swasta. Ketiga,
selain menjaga konsumsi rumah tangga, perlu dipersiapkan langkah pemulihan
ekonomi yang dapat memberikan daya ungkit bagi perekonomian daerah dan
mendorong transformasi ekonomi. Penurunan tajam LU transportasi dan perdagangan
yang berdampak pada kontraksi ekonomi triwulan I 2021 dapat dijadikan momentum
bagi Provinsi Lampung perlu mempercepat vaksinasi guna mencapai herd immunity
sehingga dapat memulihkan mobilitas masyarakat dan aktivitas ekonomi.
Pendampingan untuk peningkatan kualitas produk ekspor juga harus terus
dilakukan untuk dapat memperluas pasar, termasuk produk UMKM. Selain itu,
peningkatan kinerja ekspor perlu didukung dengan tetap meningkatkan intensitas
promosi produk unggulan dan penjajakan negara tujuan baru melalui saluran
promosi digital, salah satunya website Forum Investasi Lampung
(https://investlampung.id/). Keempat, mendorong pertumbuhan investasi dengan
menjaga sentimen positif investor swasta. Hal tersebut dapat dilakukan melalui
perbaikan iklim kemudahan berusaha yang meliputi (i) penyempurnaan sistem OSS
(Online Single Submission); (ii) aspek informasi (transparansi, kemudahan
akses, kelengkapan, kekinian dan akurasi); (iii) aspek regulasi (kepastian,
kejelasan, keselarasan, sederhana dan insentif investasi); (iv) aspek
komunikasi dan program (strategi promosi dengan public relation yang handal,
jejaring investor domestik dan internasional yang luas, serta visi, program dan
timeline yang jelas) yang tentunya didukung dengan infrastruktur dasar yang
handal seperti listrik dan air serta konektivitas yang efisien dan terhubung
dengan global value chain; dan v) memperkuat sinergi antar Pemerintah Daerah
dan pemangku kepentingan terkait investasi, sehingga dapat meningkatkan sentimen
positif investor.(ida / rls)
Comments