Pembangunan

Program Waste to Energy di Kota Metro

Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup, Yeri Kartiko (baju putih).

OTENTIK (METRO)–Selain pengurangan (reduce), guna ulang (reuse) serta daur atau olah ulang (recycle), saat ini Pemerintah Kota Metro melalui Dinas Lingkungan Hidup sedang mengembangkan berbagai teknik memproduksi energi (energy recovery) sebagai upaya penanganan sampah khususnya yang berada di Kota Metro.  

 Secara alamiah, sampah akan mengalami proses pembusukan. Proses biologis pembusukan sampah ini dilakukan oleh bakteri pengurai (dikenal pula dengan sebutan bio-degradation) berlangsung secara eksotermis (menghasilkan energi panas, biasanya ditandai oleh adanya kenaikan temperatur ambien di sekitar lokasi sampah), memproduksi unsur-unsur kimia (berikut ikatan dan senyawanya) yang relatif lebih mudah diserap lingkungan serta gas. Sebab proses terbentuknya gas ini adalah proses biologi, gas ini dikenal pula dengan sebutan biogas. Sedangkan tempat terjadi proses biodegradasi ini disebut sebagai reaktor biogas. Selanjutnya, sebab proses pembusukan sampah ini menyerupai proses pencernaan (digestion) makanan di dalam tubuh manusia, tempat terjadi proses pembusukan ini disebut pula sebagai reaktor biodigester.

Selain itu, proses pembusukan sampah ini juga menghasilkan bau yang kurang sedap. Bau yang tidak sedap ini ditimbulkan oleh sekaligus sebagai indikator adanya gas, seperti gas methane (CH4) dan gas asam sulfida (H2S). Bila tidak dikelola dengan baik, gas methane (termasuk gas penimbul efek rumah kaca, perusak lapisan ozon) berpotensi menimbulkan dampak buruk yang jauh lebih besar daripada gas karbondioksida. Salah satu cara terbaik pengelolaan gas ini adalah dengan cara dibakar, yang kemudian akan terurai menjadi uap air (H2O) dan gas karbondioksida (CO2). Selain itu, gas methane dan gas asam sulfida yang terjebak dan terakumulasi di dalam tumpukan sampah berpotensi pula untuk menyebabkan terjadinya bahaya ledakan. Prinsip inilah yang kemudian mendasari berbagai macam teknik energy recovery dari sampah organik. 

Instalasi reaktor biodigester waste to energy dibangun di Tempat Pengolahan Akhir Sampah (TPAS) Karangrejo, Metro Utara. Instalasi ini merupakan hasil adaptasi dari instalasi biogas kotoran sapi. Sampah yang dijadikan feedstock untuk instalasi ini adalah sampah sayuran dari pasar. Gas yang dihasilkan dari instalasi ini dapat dimanfaatkan untuk api kompor gas dan lampu petromak, sedangkan lumpur keluaran instalasi dapat dimanfaatkan sebagai media tanam dan pupuk kompos. Saat ini,feedstock untuk instalasi ini adalah air lindi hasil proses pengomposan sampah organik.

Instalasi reaktor biodigester berikutnya berada di bank sampah, dengan harapan  selain mengelola sampah anorganik, bank sampah pun dapat mengelola sampah organik dari sisa-sisa kegiatan rumah tangga.

 Instalasi reaktor biodigester selanjutnya ditempatkan di beberapa rumah tangga, dengan harapan sampah organik langsung dapat dikelola dan menghasikan gas untuk skala rumah tangga.

 Instalasi reaktor terkini yang dibangun adalah berasal dari zona aktif tempat pembuangan akhir sampah, dengan harapan gas yang dihasilkan ini kemudian dapat disalurkan kepada warga-warga sekitar. (mad)

Comments