YNA Indonesia dan CCEP Indonesia Lakukan Pendampingan Pengolahan Sampah Hingga ke Pelosok
OTENTIK (ACEH) – Coca-Cola Europacific Partners Indonesia (CCEP
Indonesia) bersama Bank Sampah Induk New Normal (BSINN) – Yayasan Nuansa Alam
Indonesia (YNA Indonesia) mengadakan program pengelolaan sampah dengan berbagai
kegiatan, seperti: pengumpulan sampah, sosialisasi pengelolaan sampah,
pembentukan bank sampah, serta pelatihan dan pendampingan. Program tersebut
dilaksanakan di beberapa kota dan wilayah di Aceh, hingga ke pelosok pulai
kecil.
CCEP
Indonesia dan BSINN-YNA Indonesia juga menggandeng Yayasan Hutan Untuk Anak
(YHUA) untuk melakukan aksi bersih sampai di Pulau Sikandang (Pulau Banyak)
dengan mengajak masyarakat setempat, anak-anak kelompok belajar, wisatawan
mancanegara, eco-visitor dan para penyumbang dana YHUA dari Republik Ceko,
untuk mengumpulkan semua sampah yang berada di garis pantai. Para peserta
bersih-bersih pantai berhasil mengumpulkan sampah sebanyak 70 karung atau sekitar
200 kg, yang terdiri dari sampah plastik dan sampah non-organik lainnya.
CCEP
Indonesia, YNA Indonesia, dan YHUA juga mengajak Kelompok Ujung Sialit Belajar
(KUSB) untuk membentuk bank sampah unit sebagai pengelolaan sampah berbasis
masyarakat. Kelompok yang sudah berjalan selama 2 tahun tersebut memiliki 80
anak-anak dari Pulau Ujung Sialit, khususnya di Gampoeng Ujung Sialit,
kecamatan Pulau Banyak, yang melakukan kegiatan membaca dan belajar bahasa
Inggris secara gratis. Pengajar dalam kelompok tersebut juga secara sukarela
mengisi waktu dan menggunakan biaya secara pribadi untuk memastikan anak-anak
di desa mendapatkan pendidikan yang layak.
Diharapkan
pendampingan untuk program bank sampah yang akan dijalankan oleh KUSB dapat
membentuk operasional belajar mengajar dengan sistem pembayaran menggunakan
sampah. Sehingga, selain menjadi alternatif biaya pendidikan, permasalahan
sampah yang ada di pulau/kampung dapat teratasi mengingat fasilitas
pengangkutan sampah dan TPA terbatas sehingga sampah-sampah berakhir di selokan
parit, di bawah rumah panggung dan terbawa sampai ke laut.
Yasra
Al-Fariza, selaku Direktur Bank Sampah New Normal (Yayasan Nuansa Alam
Indonesia) dan Ketua Yayasan Hutan Untuk Anak menjelaskan bahwa pengelolaan
sampah di pesisir pantai perlu mendapatkan perhatian khusus untuk melindungi
ekosistem laut. ”Jika ekosistem laut dapat terjaga dengan baik, maka masyarakat
yang memiliki mata pencaharian sebagai nelayan dapat terbantu, karena
ketersediaan ikan di sekitar pulau akan tercukupi. Masyarakat juga tidak perlu
melaut terlalu jauh ke tengah untuk memancing ikan. Selain itu, pantai di Pulau
Banyak akan terjaga keindahannya sehingga dapat menambah daya tarik bagi
wisatawan lokal dan mancanegara, dan mendukung perekonomian masyarakat sekitar
dan bidang eko-wisata,” jelasnya.
“Kegigihan
dan kekompakkan Kelompok Ujung Sialit Belajar perlu diacungkan jempol dengan
segala kerterbatasan fasilitas, para peserta tetap melaksanakan
kegiatan-kegiatan, seperti mengajar anak-anak belajar membaca dan bahasa
Inggris, serta aksi bersih pantai secara rutin.
Kelompok tersebut didirikan dengan tujuan membantu pendidikan anak usia
dini, menanamkan etika dan pelestarian
kerumbu karang dilaut,” tambah Yasra.
Rius, selaku
Ketua Kelompok Belajar Ujung Sialit, mengatakan bahwa kondisi pendidikan di
desanya sangat tidak maksimal dan banyak yang belum bisa membaca dengan baik
sehingga banyak yang mengikuti program belajar tersebut untuk meningkatkan
keterampilan, khususnya membaca dan berbahasa Inggris.
“Saya bisa
berbahasa Inggris bukan karena tingginya pendidikan yang saya dapatkan. Saya
bahkan tidak dapat melanjutkan ke jenjang kuliah karena kondisi keterbatasan
keluarga, tetapi saya punya tekad yang kuat untuk belajar sehingga saat ini
saya bisa berbahasa Inggris. Sedikit ilmu yang saya miliki harus saya salurkan
kepada anak-anak di pulau ini, meskipun harus berkorban waktu dan biaya. Kami
berharap melalui bantuan pendampingan yang kami terima dari BSINN-YNA Indonesia
dan CCEP Indonesia, dapat mengatasi kendala operasional yang kami hadapi,
khususnya terkait pengelolaan sampah,” ujar Rius.
CCEP
Indonesia dan BSINN – YNA Indonesia melanjutkan tur pendampingan pengelolaan
sampah ke Gampoeng Pasi Lembang, kecamatan Kluet Selatan, kabupaten Aceh
Selatan. Pelatihan pengelolaan sampah tersebut dihadiri langsung oleh Kepala
Gampoeng (Kepala Desa), Kelompok Peduli Uteun Gampoeng dan masyarakat lokal.
Kelompok
Peduli Uteun Gampoeng merupakan kelompok yang akan melakukan pengelolaan sampah
di desa tersebut. Mereka membutuhkan pelatihan dari ahli pengelolaan sampah
agar dapat menjalankan secara maksimal nantinya. Dari paparan yang disampaikan,
respon kelompok sangat antusias dan berharap akan ada kelanjutan dari program
pendampingan tersebut.
Angga
Harahap, selaku Corporate Affairs Manager Northern Sumatera Operation CCEP
Indonesia, menuturkan rasa apresiasi terhadap para kelompok komunitas yang
telah komit untuk membangun generasi penerus yang lebih maju dan lingkungan
yang lebih baik. “Kami berharap, kegiatan pendampingan seperti ini dapat terus
dilakukan meskipun dengan banyak keterbatasan. Sehingga dari aksi kecil dapat
berdampak besar kedepannya. Kami juga berharap dan mendukung agar kendala
operasional yang dihadapi oleh kelompok komunitas yang kami temui dapat diatasi
melalui alternatif pengelolaan sampah dan program bayar biaya belajar dengan
sampah,” jelasnya.
Kunjungan
tersebut merupakan wujud nyata dari ’This is Forward’, rencana aksi
keberlanjutan dari grup perusahaan Coca-Cola Europacific Partners, dengan fokus
terhadap enam bidang sosial dan lingkungan utama dengan dampak signifikan,
yakni: iklim, pengemasan, minuman, masyarakat, air, serta rantai pasokan. Di
Indonesia, salah satu wujud komitmen terhadap keberlanjutan dilakukan melalui
manajemen pengemasan pascakonsumen yang berkelanjutan, seperti: Program Bali
Beach Clean Up, program bersih-bersih pantai yang dilakukan setiap hari sejak
tahun 2007 di 5 pantai Bali, yaitu: Kuta, Legian, Seminyak, Jimbaran dan
Kedonganan; CCEP Indonesia juga mendukung program city clean up dan donasi
tempat sampah secara reguler sejak tahun 2012, hingga tahun 2021 CCEP Indonesia
telah menyediakan lebih dari 5.000 tempat sampah bagi masyarakat; melalui
Coca-Cola Forest Fun Learning yang dijalankan di Lampung, Sumedang, dan Semarang
serta program Green School di SDN 05 Sukadanau dan SDN 01 Kapuk Muara, CCEP
Indonesia mendukung edukasi masyarakat terkait kewirausahaan dan pengolahan
sampah sebagai bahan baku; CCEP Indonesia juga memberikan dukungan terhadap
pengelolaan Bank Sampah di Jawa Barat, Jawa Tengah serta Jawa Timur. (ida/rls)


Comments