Bawaslu Lampung Dinilai "Letoy" Hadapi Politik Uang
OTENTIK (BANDARLAMPUNG)–Aliansi Mahasiswa Dan Pemuda Peduli Demokrasi (AMPD) Lampung bersama Posko Demokrasi turun ke jalan karena gerah melihat "letoynya" Bawaslu Lampung menghadapi politik uang.
Hal itu diungkapkan Korlap Posko Demokrasi Rismayanti
Borthon kepada Kantor Berita RMOLLampung
usai menggelar aksi di Bawaslu Lampung, Selasa (3/7/18).
Dia dan rekan-rekannya menduga Bawaslu Lampung telah "masuk angin"
menghadapi politik uang yang tersetruktur, sistematis, dan masif (TSM) pada
Pilgub Lampung 2018.
"Kami menduga bahwa Bawaslu Lampung sudah masuk angin sehingga banyaknya
kasus pengaduan kecurangan politik jadi mangkrak," kata Rismayanti
Borthon.
Menurut dia, gerakan AMPD Lampung bersama Posko Demokrasi merupakan aksi
keprihatin terhadap TSM-nya politik uang yang diduga dilakukan paslon nomor
urut tiga Arinal-Chusnunia.
"Gerakan kami seperti bola salju yang tidak akan pernah bisa diprediksi
volumenya dan berakhirnya," katanya.
Saat ini, AMPD Lampung bersama Posko Demokrasi turun ratusan mahasiswa dan
aktivis prodemokrasi menyoal politik uang. Tapi, nanti, bisa ribuan massa.
"Wallohualam," kata Rismayanti Borthon.
Seorang perwakilan Bawaslu Lampung menerima dan merespon aksi antipolitik uang.
"Kami butuh gerakan semacam ini untuk bisa menjadi "tolak angin"
dan spirit bagi Bawaslu Lampung.
"Saya tidak ingin terburu-buru menyimpulkan statemen tersebut. Yang pasti,
tolak angin bukan obat sakit "diabetes", sakit gula," kata
Rismayanti Borthon.
Senin (2/7/2018), Posko Demokrasi menggelar prosesi mandi air kembang, potong
tumpeng, dan bakar kemenyan sebagai simbol penyelamatan budaya Lampung dari
"roh jahat" cukong politik.
Posko Demokrasi yang dipelopori Komite Independen Pengawas Pemilu (KIPP) bersama
organ prodemokrasi lain menggelar ketiga prosesi budaya tersebut di Tugu
Adipura, Bandarlampung.
Sejak Sabtu (30/6/2018), di Tugu Adipura, KIPP bersama organ terkait mendirikan
Posko Demokrasi dan menggelar aksi "Lampung Darurat Money Politic, Lampung
Pilgub Ulang."
"Kami tidak sudi menyerahkan masa depan Lampung lima tahun ke depan kepada
pemimpin yang hanya jadi cecunguk korporasi," ujar Rismayanti Borthon. (pho/remoll)
Comments