Gubernur Arinal Hadiri Pengarahan Presiden RI di Jakarta
OTENTIK (JAKARTA) – Gubernur Lampung Arinal Djunaidi, menghadiri pengarahan Presiden RI Joko Widodo kepada
seluruh Menteri, Kepala Lembaga, Kepala Daerah, Pimpinan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN), Panglima Komanda Daerah Militer (Pangdam), Kepala Kepolisian
Daerah (Kapolda), dan Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati), di Jakarta Convention
Center (JCC), Kamis (29/09/2022).
Hadir dalam
acara tersebut Wakil Presiden RI Ma'ruf
Amin, para menteri Kabinet Indonesia Maju, para gubernur, kepala lembaga,
pimpinan BUMN, dan pejabat terkait lainnya.
Presiden RI
Joko Widodo mengatakan, bahwa sudah sering saya sampaikan tapi terus akan saya
sampaikan berulang-ulang untuk mengingatkan kepada bapak ibu dan
saudara-saudara sekalian bahwa dunia saat ini penuh dengan ketidakpastian yang
tinggi semua negara sulit sekarang ini.
Ekonomi
global juga sangat sulit diprediksi, sangat sulit dikalkulasi, sangat sulit
dihitung dan siapapun lah suruh ngitung pasti akan kesulitan arahnya akan
kemana penyelesaiannya seperti apa.
Setiap hari
kita mendengar mengenai krisis pangan bayangkan 345 juta orang di 82 negara
menderita kekurangan pangan akut dan ini yang betul-betul mengenaskan 197.00
orang setiap hari meninggal karena kelaparan.
"Kita
dapat bersyukur bahwa bulan Agustus yang lalu kita mendapat pengakuan bahwa Indonesia sudah swasembada
pangan sejak tahun 2019 dan dianggap memiliki sistem ketahanan pangan yang baik
dari international rice research institute, " kata Presiden.
Presiden Juga
meminta para kepala daerah, baik gubernur, bupati, maupun wali kota, agar bekerja detail agar dapat mengendalikan
inflasi yakni dengan bersama-sama.
"Oleh
sebab itu kita harus kompak! Harus bersatu dari pusat, provinsi,
kabupaten/kota, sampai ke bawah, dan semua kementerian/lembaga seperti saat
kita kemarin menangani COVID-19, kalau COVID-19 kita bisa bersama-sama, urusan
inflasi ini kita harus bersama-sama setuju?" tanya Presiden Jokowi.
Presiden
melanjutkan, Kalau di negara lain urusan inflasi adalah urusan bank sentral,
caranya dengan menaikkan interest rate sekian basis poin sehingga kredit
menjadi 'ter-rem', uang yang lari kepada masyarakat juga 'ke-rem', inflasi
turun tapi teori-teori seperti itu sekarang tidak menjamin inflasi turun,"
kata Presiden.
Oleh karena
itu, Presiden Jokowi menyebut praktik yang terjadi di Indonesia adalah
kebijakan fiskal dan moneter harus berjalan beringan.
"Jadi,
saya senang antara Bank Indonesia untuk kebijakan moneter dan Kementerian
Keuangan untuk fiskalnya berjalan beriringan dan rukun tanpa kita
mengintervensi kewenangan BI. Akan tetapi, yang lebih penting adalah bukan rem
uang beredar, melainkan menyelesaikan di ujungnya, yaitu kenaikan harga barang dan
jasa, itu menjadi tanggung jawab kita semua," jelas Presiden. (ida/kominfotik)


Comments