100 Hari Progja, Rektor Tinjau Ekowisata Mangrove Cukuh Nyinyi
OTENTIK (BANDARLAMPUNG) – Dalam rangka program
kerja 100 hari, Rektor Universitas Lampung (Unila) Prof. Dr. Ir. Lusmeilia
Afriani, D.E.A., I.P.M., melaksanakan kunjungan ke desa binaan Ekowisata
Mangrove Cukuh Nyinyi, Desa Sidodadi, Kecamatan Teluk Pandan, Pesawaran, Minggu,
5 Februari 2023.
Anjangsana
turut dihadiri para dosen dan mahasiswa Fakultas Teknik Unila untuk memantau
langsung kondisi alam dan potensi Ekowisata Mangrove Cukuh Nyinyi. Selain
keindahan alam hutan mangrove, Prof. Lusmeilia menguraikan potensi lain Ekowisata
Mangrove Cukuh Nyinyi sebagai lokasi tepat bagi pengunjung yang ingin lebih
mengenal ekosistem mangrove.
Lusmeilia
mengatakan, Unila sudah menyiapkan sejumlah rencana kolaborasi dengan Kelompok
Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat yang akan disinergikan melalui kerja sama ke
berbagai pihak seperti Lanal Lampung dan Dinas Pariwisata untuk melakukan
pembinaan masyarakat secara berkelanjutan.
Ia menyadari,
desa binaan Ekowisata Mangrove Cukuh Nyinyi baru memiliki beberapa produk
olahan yang dibuat langsung masyarakat setempat secara tradisional. Olahan
tersebut antara lain pembuatan garam dan teh dari bahan seadanya.
Namun dengan
lebih mengoptimalkan berbagai potensi yang ada, mantan ketua LPPM Unila ini
berharap, masyarakat baik dari Bandarlampung maupun luar Bandarlampung dapat
berkunjung dan berwisata sekaligus belajar di Ekowisata Cukuh Nyinyi.
“Ini bagian
program 100 hari kerja Rektor. Dengan momentum ini kita dapat menyosialisasikan
dan mengedukasi para siswa sekolah bagaimana cara mengelola, membudidayakan,
serta melestarikan hutan mangrove,” pungkasnya.
Selain
membantu UMKM yang ada di lokasi sekitar, pengunjung dapat merasakan kesegaran
dan keasrian suasana hutan mangrove. Kunjungan ini juga salah satu strategi
untuk mempublikasikan ekowisata mangrove ke sekolah-sekolah yang ada di
Bandarlampung dan sekitar sehingga dapat memanfaatkan ekowisata berbasis
edukasi ini.
Koordinator
acara Dr. Ahmad Herizon, S.T., M.T., menjelaskan, Unila telah berkolaborasi
dengan Lanal Lampung dan masyarakat setempat pada program ini. Bukan sekadar
berwisata, namun ini merupakan ekowisata berbasis penelitian dan pengabdian
kepada masyarakat secara berkelanjutan.
Herizon
menjelaskan, hutan mangrove memiliki beberapa fungsi antara lain sebagai
ekosistem tumbuh dan berkembangnya berbagai macam flora dan fauna asli yang
bergantung pada hutan mangrove. Sementara bagi masyarakat, hutan mangrove
sebagai pelindung dan sarana pemecah ombak dari abrasi air laut.
Adapun
beberapa produk yang dihasilkan masyarakat melalui sejumlah kegiatan yang
dilaksanakan antara lain buah mangrove sebagai bahan baku kosmetik (skincare)
dan garam khas olahan masyarakat setempat yang juga digunakan sebagai penyedap
makanan maupun pengawet.
Ketua
Pokdarwis Andi Sofiyan menambahkan, mangrove memiliki berbagai fungsi khusus
seperti tempat bertelurnya ikan, habitat kepiting, dan semua hal berkaitan
dengan ekosistem lainnya semisal padang lamun dan terumbu karang.
“Saya
berharap pengembangan potensi dari para stakeholder dan pihak-pihak terkait tidak
terbatas pada potensi fisik, akan tetapi merambah pada pemberdayaan masyarakat
setempat,” ujarnya. (hendri/humas)
Comments