Pemprov Lampung Dukung Tim Eksplorasi Krakatau Mencari Kapal Buatan Eropa
OTENTIK (BANDARLAMPUNG)–Pemerintah
Provinsi Lampung mendukung Tim Eksplorasi Krakatau mencari kapal buatan Eropa
yang terdampar ke daratan Lampung akibat letusan Gunung Krakatau pada 1883.
"Dari segi kajian memang masuk akal. Kita kembali mencari kapal yang
sempat terhenti di awal oktober mendatang," ungkap Sekretaris Daerah
Provinsi Lampung Sutono di Bandarlampung, Jumat (29/9/2017).
Ia mengatakan apabila kapal kuno tersebut ditemukan, akan dijadikan destinasi
wisata unggulan Lampung.
Lampung, lanjutnya, memiliki Gunung Krakatau yang sangat mendunia dan penemuan
ini menjadi situs purbakala.
"Bisa kita jadikan paket wisata Lampung Krakatau Festival," ujar
Sutono yang juga mantan Sekretaris Kabupaten Lampung Selatan itu.
Penampakan jejak kapal yang tertimbun di Bukit Kepayang, menurut inisiator Tim
Eksplorasi Krakatau Hadi Subroto, didapat dari pemetaan dampak letusan
Krakatau.
“Kita juga menganalisa berdasarkan foto satelit, pada wilayah tersebut
ditemukan penampakan yang diduga jejak longsor sebuah kapal," terangnya.
Untuk menguatkan dugaan tersebut, dia membuat simulasi peraga dengan miniatur
Bukit Kepayang berbahan pasir dan miniatur kapal kayu.
Setelah pengujian dengan hasil simulasi peraga dan jejak di foto satelit,
sangat identik.
Ahli Geofisika Fakultas Teknik Universitas Lampung juga melakukan uji
geolistrik di atas posisi koordinat bayangan kapal yang tertimbun tanah, dimana
pengambilan data dilakukan secara melintang dari timur-barat.
"Apabila disesuaikan dengan bentukan geometri, yang paling mendekati
adalah lambung kapal, atau diperkirakan kapal posisi terguling," jelas
Hadi.
Tim mulai menggali sampai akhirnya membentur plat baja besi yang diduga dinding
kapal pada kedalaman 32,5 meter.
"Ini seperti bukit. Awalnya kami menggunakan alat seadanya, disusul
eskavator untuk mengeruk bagian bawah. Kami berhenti karena biaya. Semoga
dengan bantuan Pemprov Lampung, ini bisa dilanjutkan kembali," terang
Hadi.
Seorang pekerja yang dari awal ikut penggalian, Suyitno, menuturkan dia
menemukan tanah bercampur oli saat menggali.
"Saat penggalian pada 2014, ada dua yang bekerja. Satu di atas dan saya di
bawah, lalu tangan saya terkena seperti oli saat menggali," ungkap
Suyitno. (jn/ida)
Comments