Polri Sebut Pengkaderan Jaringan Teroris Jamaah Islamiyah Sangat Rapi
OTENTIK (JAKARTA) – Pengkaderan
teroris muda yang dilakukan oleh Jamaah Islamiyah (JI) sudah sangat teragenda
rapi. Bahkan perekrutmen para kader yang siap tempur juga sudah dilakukan. Hal
ini teridentifikasi dengan adanya 91 kader yang telah dilatih oleh JI dan 66 di
antaranya sudah dikirim ke Suriah untuk bergabung dengan kelompok teror di
sana.
Kadiv Humas
Polri Irjen Argo Yuwono menyatakan Polri sudah mendapatkan informasi soal
adanya 91 kader JI yang dilatih siap tempur, dimana 66 di antaranya sudah
dikirim ke Suriah dan beberapa sudah kembali ke Indonesia.
“Mereka (JI)
sudah menyiapkan kemampuan diri dengan pelatihan-pelatihan khusus guna
mempersiapkan kekuatan melawan musuh yakni negara dan aparat. Sebagian besar
dari mereka juga sudah berangkat ke Suriah bergabung dengan kelompok teror di
sana dan berperan aktif dalam konflik di Suriah. Kemampuan yang sudah diasah di
tempat pelatihan dan medan tempur sebenarnya (Suriah) menjadikan mereka sebagai
potensi ancaman nyata,” tutur Argo, Jumat (18/12/2020).
Dikatakan
kader teroris ini dipersiapkan oleh organisasinya (Jamaah Islamiyah) melalui
bagian struktur khusus untuk membentuk
kader jemaahnya. Penanggung jawab atau amir Jamaah Islamiyah adalah
Parawijayanto dan koordinator pelatihan adalah Joko Priyono alias Karso.
Ditanya
mengapa radikalisme tumbuh demikian subur di tanah air, Argo menyatakan ada
banyak sekali faktornya. Salah satunya adalah maraknya penyebaran berita bohong
atau hoax. “Maraknya penyebaran hoax tanpa filter melalui sosial media membuat
paham radikal dan anti pemerintah makin subur. Dari dulu sampai sekarang
radikalisasi terbentuk sebagai bagian dari respons atas ketidakadilan dan makin
melebarnya kesenjangan sosial di masyarakat. Bahwa kemudian agama jadi satu
alasan dalam mengekspresikan ketidakpuasan dan kebencian,” katanya.
Maka sebagai
upaya untuk mencegah terjadinya penyebaran paham dan ideologi radikalisme di
kalangan anak muda, sambung Argo, perlu dilibatkan seluruh stakeholder yang
bersentuhan langsng dengan dunia pendidikan, sosial, keagamaan, komunikasi dan
keamanan di lingkungan masing-masing. “Ya perlu peran serta semua stakeholder,”
katanya.
Namun khusus
untuk Polri, lanjut mantan Kabid Humas Polda Metro Jaya ini, Densus 88 terus
melakukan pemantauan terhadap jaringan teror yang ada di Indonesia secara
terus-menerus, mulai dari pengumpulan bahan informasi, pengolahan informasi
sampai dilakukan penegakan hukum. “Spesifiknya, Densus 88 sudah melakukan
penegakan hukum terhadap 20 peserta pelatihan JI,” kata Argo.
Seperti
diketahui sebelumnya, Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri melakukan
penangkapan sebanyak 23 terduga teroris dari kelompok Jamaah Islamiyah (JI) di
8 lokasi yakni di Lampung Selatan, Lampung Tengah, Bandar
Lampung, Pringsewu, Metro, Jambi, Riau dan Palembang. Dua dari 23 orang yang
ditangkap merupakan Panglima Askari JI yakni Taufik Bulaga alias Upik Lawanga
dan Zulkarnain alias Arif Sunarso.
Selain
menangkap para tersangka, Densus 88 juga berhasil mengungkap adanya bunker di
rumah Upik Lawanga di Lampung yang digunakan untuk bersembunyi dan menyimpan
senjata-senjata rakitan buatannya. "Barang bukti yang disita dari rumah
Upik ini ada senjata rakitan dan bunker," kata Argo. (ida/rls)
Comments