Solusi Atasi Sampah, PLN Beli Listrik dari PLTSa Terbesar di Jawa Tengah
OTENTIK (SURAKARTA) – Kamis (23/6/2021), PT PLN (Persero) membeli
energi hijau yang dihasilkan dari Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa)
Surakarta seharga 13,35 sen dolar AS per kWh atau setara Rp 1.800/kWh.
Pembelian listrik dari PLTSa terbesar di Jawa Tengah ini merupakan bentuk
dukungan PLN dalam mengatasi permasalahan sampah di Surakarta.
Langkah ini
juga menjadi bagian transformasi PLN melalui aspirasi Green, dengan
meningkatkan bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) dalam penyediaan listrik
nasional.
"PLN
siap memanfaatkan EBT dengan membeli listrik dari PLTSa sesuai ketentuan yang
telah disepakati. Ini adalah bentuk dukungan PLN terhadap pengembangan pemanfaatan
energi yang ramah lingkungan,” tutur General Manager PLN Unit Induk Distribusi
(UID) Jawa Tengah & D.I. Yogyakarta, M. Irwansyah Putra.
Sebelumnya,
PLN telah menandatangani perjanjian jual beli tenaga listrik ( Power Purchase
Agreement ) dengan PT Solo Citra Metro Plasma Power selaku pengelola PLTSa
Surakarta pada akhir Desember 2018 silam.
Pembangkit
dengan kapasitas 5.000 kilowatt (kW) ini ditargetkan rampung pada 2022. Per Mei
2021, proses konstruksi PLTSa Surakarta sudah mencapai 34,8 persen.
Pembangunan
PLTSa ini juga mendapat dukungan penuh dari Walikota Surakarta, Gibran
Rakabuming Raka. Pada saat kunjungannya Februari lalu, Ia mengatakan
beroperasinya pembangkit ini akan menjadi solusi permasalahan sampah di Kota
Solo.
"Saya
kira progresnya sudah cukup baik sampai nanti targetnya selesai tahun 2022. Ini
kan permasalahan dari dulu. Insya Allah kalau PLTSa ini sudah running ya
permasalahan (sampah) ini segera terselesaikan," kata dia.
Surakarta
merupakan salah satu dari 12 kota yang ditunjuk melalui Peraturan Presiden
Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah
Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Ramah Lingkungan.
PLTSa Surakarta memanfaatkan komposisi sampah yang terakumulasi dari TPA Putri Cempo dengan total kebutuhan sampah sekitar 276 ton per hari. Dengan menggunakan insinerator, energi panas yang dihasilkan dari proses pembakaran sampah tersebut untuk menggerakan generator yang kemudian menghasilkan listrik.
Meskipun proses pembakaran, penggunaan sampah sebagai bahan energi tidak akan membahas lingkungan sekitar, karena gas yang dihasilkan dari proses ini bebas dari TAR maupun kandungan lainnya yang berbahaya.
Tak hanya membeli listrik dari PLTSa, PLN melalui program Co Firing juga telah mendorong penggunaan biomassa sebagai campuran bahan bakar PLTU. Biomassa bisa diambil dari limbah pertanian, limbah industri pengolahan kayu, hingga limbah rumah tangga.
Bersumber dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional, jumlah sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sebanyak 864.469 ton/hari, dan yang tidak terkelola sebesar 3.964.946 ton/hari. Dengan memanfaatkan sampah (pelet) menjadi subtitusi bahan bakar di sejumlah pembangkit dapat menjadi solusi untuk mengatasi masalah sampah di perkotaan. (ida/rls)
Comments