Dukung Mustafa, Dewan Syuro Tidak Kenal Arinal
OTENTIK (LAMTIM)–Deklarasi Arinal Djunaidi-Chusnunia Chalim (Nunik) menuai polemik. Kali ini Ketua Dewan Syuro DPW PKB Lampung KH Hafidtudin Hamid mengaku tidak mengetahui deklarasi tersebut.
Bukan hanya tidak mengetahui, Dewan Syuro yang mempunyai hak veto dalam menentukan kebijakan itu, mengaku tidak kenal dengan Arinal. “Seharusnya kan dalam politik, Dewan Syuro itu punya hak veto. Tapi saya gak tahu sekarang ini bagaimana jadinya. Deklarasi kita tidak tahu bahkan tidak dikabari. Kita dilangkahi, coba nanti kita lihat ya seperti apa,” terang Kyai Haji Hafidhuddin Hanif. S.Ag., Sabtu (23/12/2017).
Ia mengatakan, yang Dewan Syuro ketahui adalah DPW PKB memberikan rekomendasi kepada Mustafa. Meskipun ia mengaku belum pernah bertemu Mustafa, namun keputusan dipilihnya mendukung Mustafa karena sudah melalui proses politik dan aspirasi dari bawah dan pengurus DPW PKB Lampung.
“Kalau Arinal ini kita belum kenal, belum pernah ketemu, belum tahu asal usulnya. Kalau Mustafa memang saya juga belum bertemu, tapi karena sudah ada aspirasi dari bawah dan pengurus DPW, makanya kita usulkan atau rekomendasikan. Kita pilih yang paling mendekati baik dari aspirasi maupun unsur NU-nya, yakni Mustafa,” jelasnya.
Namun demikian, saat ini ia memilih untuk menunggu apa akhir dari konflik di internal DPW PKB Lampung ini. Menurutnya, jika ada dua sahabat yang berseteru, lebih baik menunggu dan mengkaji untuk kemudian diambil keputusan.
“Kita kaji nanti di internal DPW PKB, apakah sudah tepat apa belum. Kalau kondisi saat ini, Dewan Syuro benar-benar tidak tahu deklarasi ini karena dilangkahi. Tapi karena DPP juga punya hak veto, kita lihat nanti,” tegasnya.
Langkah Nunik Sebuah Kesalahan
Sementara itu, Midi Iswanto, anggota DPRD Lampung dari Fraksi PKB memastikan langkah yang diambil Nunik sebuah kesalahan karena tidak melibatkan DPW khususnya Dewan Syuro.
“Idealnya yang mengambil keputusan itu Dewan Syuro, ketua tandfidz yang menjalankannya. Itu kalau mau birokrasi yang benar. Kalau modelnya diam-diam seperti ini, kita gak ngerti, ini berpotensi perpecahan di tubuh PKB dan berdampak buruk pada pilgub dan pileg 2019,” tegasnya.
Perpecahan di tubuh DPW PKB Lampung mencapai puncaknya usai Arinal disandingkan dengan kader PKB Chusnunia Chalim (Nunik). Hal ini disampaikan Midi Iswanto, anggota DPRD Lampung dari Fraksi PKB yang selama ini bersama-sama Khaidir Bujung, Ketua Lembaga Pemenangan Pemilu DPW PKB Lampung, kencang menyuarakan menolak Arinal. Selain tidak ada aliran warga NU, Arinal juga selama ini tidak pernah melakukan komunikasi politik dengan DPW PKB Lampung.
Keputusan bersanding dengan Arinal dinilai sebagai salah satu keputusan Nunik yang tidak bijak karena tidak mendengarkan masukan dari pengurus DPW PKB Lampung dan poro kyai. Hal ini diakui sebagai keputusan Nunik, karena Ketum PKB Muhaimin Iskandar saat datang ke Lampung pernah mengatakan, menyerahkan sepenuhnya keputusan di Pilgub Lampung kepada Bupati Lampung Timur itu.
“Nunik sudah keblinger, sudah tidak mendengar saran dan masukan teman-teman termasuk poro kyai yang di dalam PKB adalah sebagai panutan. Saya kecewa berat atas putusan DPP tentang deklarasi Arinal-Nunik. Inikan partai yang dilahirkan oleh pemikiran poro kyai dengan satu harapan partai ini bermanfaat untuk kemaslahatan umat. Bukan kemaslahatan orang per orang. Tapi kenyataannya sangat jauh berbeda,” ujar Midi berapi-api.
Midi mengatakan, Nunik hanya mementingkan diri sendiri terbukti dari kalahnya keinginan banyak orang, yakni kader, pengurus, dan poro kyai tentang harapan dukungan pilgub dapat dikalahkan oleh keinginan seseorang saja. Bahkan Midi menilai, harusnya Nunik blak-blakan saja ingin maju dan disandingkan dengan siapa. Jangan menjebaknya seperti saat ini.
“Kalau Nunik dari awal pengen nyalon dengan siapa, kan bisa diobrolin dengan semua teman-teman PKB Lampung. Jangan diam-diam tahu-tahu ngomong di koran mau nyalon. Gak ada yang dikasih tahu. Coba aja nanti calon-calon Pileg 2019, pasti punya kasus yang sama. Kita lihat saja. Ini sama saja menjebak kami para pengurus,” bebernya.
Midi heran karena usulan DPW yang merupakan aspirasi dari kader tentang pilgub, bahkan juga sudah pleno itu juga tidak digunakan dan tidak dipakai. “Atau mungkin dilirik saja nggak. Tahu-tahu diam-diam deklarasi di Jakarta. Pengurus DPW dan anggota fraksi tidak ada yang dikasih tahu, apalagi DPC. Terus bagaimana ini. Mau nyalon kok diam-diam, nyumput-nyumput ngapain. Nanti hantu-hantu itu yang suruh milih,” tegasnya.
Menurut Midi, langkah politik Nunik saat ini tidak jelas. “Ini mau menang apa mau apa sih. Atau ada maksud-maksud lain. Apa karena Arinal punya kebon. Tuh mulai kurang ajar juga tuh kebon, numpang tanam di Lampung kok sekarang ikut ngacak-ngacak, buat kacau balau Lampung. Lihat tuh gara-gara kebon banyak ulah demo dimana-mana. Tanah sudah serobot sana serobot sini. Mereka itu kan Hak Guna Usaha saja. Artinya kan numpang dengan batas waktu di Lampung ini. Ya jangan buat gaduh di Lampung dong. Jangan mengajari masyarakat Lampung tidak baik. Jujur saya selaku kader partai saya sedih, malu ketika mendengar deklarasi Arinal-Nunik,” keluhnya.
Ia memastikan, semua orang pasti bisa menebak, ini jelas karena sesuatu (mahar politik yang besar-red). Terlepas itu benar atau salah, menurut Midi, pasti orang akan ngomong PKB kok seperti itu, partainya kyai kok gitu.
Midi bahkan menegaskan posisinya di PKB bahwa jika keputusan itu tidak ditinjau lagi ia tidak akan mau memberikan dukungan dan tidak akan menggerakkan mesin politiknya. “Saya tidak mau dukung mereka berdua. Saya berharap Ketua Umum saya Cak Imin untuk dapat meninjau kembali. Itu saja. Karena semata-mata saya hanya ingin PKB Lampung punya marwah, punya nilai keislamannya di mata masyarakat. Saya hanya ingin PKB solid, kompak, tidak bercerai berai. Karena pasti ini akan menjadi ancaman Pemilu 2019 nanti,” tegasnya. (rdlt)
Comments