Kapolri Minta Terapkan Pendekatan Adat Istiadat Ajak Warga Papua Barat Isolasi di Isoter
OTENTIK ( PAPUA BARAT ) – Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo meminta untuk menerapkan pendekatan kearifan lokal atau menyesuaikan dengan adat istiadat, guna mengajak warga Papua Barat yang terpapar Covid-19, mau di lokasi Isolasi Terpusat (Isoter).
Hal tersebut disampaikan Sigit saat memimpin rapat bersama Forkopimda Provinsi, Kota/Kab se-Papua Barat terkait penanganan dan pengendalian Covid-19, bersama dengan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Sabtu (28/8/2021).
Sigit menambahkan, pendekatan itu harus dilakukan oleh personel TNI, Polri bersama Pemda dengan bersinergi dengan seluruh elemen masyarakat setempat.
"Upaya
menggeser isoman ke isoter perlu dilakukan secara maksimal dengan bantuan
Pemerintah Daerah (Pemda), seluruh tokoh masyarakat, tokoh adat. Serta perlu
penjelasan secara baik dengan menyesuaikan adat istiadat setempat yang dapat
memberikan ketenangan kepada masyarakat ketika akan mengajak ke isoter,"
kata Sigit dalam arahannya.
Mantan
Kapolda Banten ini memaparkan, tingkat isolasi mandiri di Papua Barat, saat ini
tecatat ada 411 kasus atau sekira 82 persen dari kasus aktif. Sedangkan, lokasi
isoter yang ada di Papua Barat saat ini telah tersedia sebanyak 13 lokasi,
dengan kapasitas 855 tempat tidur. Dari jumlah itu, 19 telah terpakai dan 836
masih belum.
Sementara
itu, mantan Kabareskrim Polri ini menuturkan bahwa, sosialisasi terhadap
masyarakat untuk menjalani isolasi di isoter harus lebih diperkuat. Menurutnya,
isoter yang disediakan saat ini sudah dilengkapi dengan fasilitas memadai dan
mendapatkan pengawasan penuh dari tenaga kesehatan (nakes).
Dengan
begitu, sambung Sigit, tingkat kesembuhan seseorang dari paparan virus corona
akan semakin tinggi. Tak hanya itu, dengan disegerakannya isolasi di isoter
maka akan menjauhkan keluarga dan rekan-rekan lainnya dari penyebaran virus
corona.
"Tetap
lebih diutamakan isolasi atau karantina di Isoter karena di bawah pengawasan
tenaga medis," ujar Sigit.
Tak lupa,
Sigit juga tetap mendorong Forkopimda Mimika melakukan strategi pengadilan
Covid-19, yakni prokes ketat 3M, penguatan 3T (Tracing, Testing dan Treatment)
serta akselerasi program vaksinasi massal.
Sigit juga
berharap, Forkopimda bersama masyarakat sama-sama terus bersinergi untuk
mempertahankan tren penyebaran virus corona. Pasalnya, dari 34 provinsi di
Indonesia, Papua Barat menjadi wilayah yang paling sedikit untuk kasus aktif di
skala nasional.
Dengan
mempertahankan tren positif, Sigit menyebut hal itu akan mempengaruhi
kelonggaran-kelonggaran terhadap aktivitas masyarakat. Jika sisi kesehatan
warga bisa dijamin, sambung Sigit, roda perekonomian pun akan bergerak seperti
sediakala, namun tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan.
"Ketika
kasus Covid-19 di bisa terkendali, maka secara otomatis daerah tersebut akan
mendapat pelonggaran dan aktivitas ekonomi masyarakat bisa kembali berjalan
dengan lebih baik. Tentunya ini menjadi tanggung jawab bersama Pemerintah, baik
Pusat maupun Daerah, dan seluruh masyarakat. Dalam Inmendagri nomor 36 dan 37
tahun 2021 terdapat perluasan pelonggaran di sektor pendidikan, sektor non
esensial, restoran, pusat perbelanjaan, resepsi pernikahan, fasilitas umum dan
kegiatan seni budaya," papar Sigit.
Lebih dalam,
Sigit menyatakan, penanganan dan pengendalian Covid-19 di Papua Barat, juga
bisa dilakukan dengan percepatan atau akselerasi vaksin, sebagaimana target
dari Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Guna
akselerasi vaksin, Sigit berharap prajurit TNI, Polri, Pemda dan masyarakat
melakukan sosialisasi dan imbauan kepada masyarakat tentang pentingnya disuntik
vaksin. Kemudian, melakukan jemput bola untuk melakukan vaksin di sekolah,
gereja hingga desa-desa.
"Lakukan
sosialisasi terhadap lokasi atau gerai vaksinasi dan strategi vaksinasi agar
masyarakat mengetahui kegiatan vaksinasi yang perlu percepatan. Lakukan
sosialisasi kepada para tokoh adat, masyarakat gereja untuk mengajak masyarakat
melaksanakan vaksinasi. Lakukan terobosan kreatif dengan strategi vaksinasi
mobile atau door to door, vaksinasi massal di sekolah dan gereja, vaksinasi
massal di rumah kepala adat/desa, vaksinasi bakar batu," kata Sigit
mengakhiri pengarahannya. (ida/rls)
Comments