Berita Hangat

Efrat Tangkap 2 Ular Piton Dekat Rumdis Gubernur Lampung dan Kantor Pemkot Bandarlampung

Mahan Agung, Rumah Dinas Gubernur Lampung

EFRAT menangkap dua ular piton atau sanca kembang (reticulatus python) dari bak kamar mandi dan lubang kloset tetangganya dua ratusan meter dari Mahan Agung, Rumah Dinas Gubernur Lampung dan Kantor Pemkot Bandarlampung.

Kedua ular yang panjangnya empat meter lebih tersebut, oleh Efrat, warga Jl. Dr. Susilo, Gang Kenanga, Kota Bandarlampung, dirawat dalam kotak kaca di depan rumahnya tepi gang.

Selain kedua ular, ada satu ular serupa yang ditangkapnya dari pelafon rumah warga belakang SDN, Lungsir, tiga bulan lalu. Efrat juga hampir menangkap piton dekat rumahnya tiga pekan lalu.

Menurut Efrat, sekitar pukul 06.00 WIB, empat bulan lalu, tetangga depan rumahnya kaget melihat piton dalam bak mandi. Dia lalu datang dan mengamankan ular tersebut. 

"Biasanya, ular piton tidak sendiri, ada pasangannya," kata Efrat.

Benar saja, sorenya, tetangganya kembali minta tolong karena melihat kepala ular piton muncul dari lobang kloset.

Efrat kembali berhasil menangkap ular tersebut hidup-hidup. Dia masukan sekotak dengan ular yang tertangkap sebelumnya. Kini, ada tiga ular piton dalam kotak kacanya.

Menurut Efrat, dia bukan pawang ular. Namun, sewaktu bekerja di perkebunan besar dan hutan, Efrat mempelajari karakter hewan melata liar tersebut.

"Yang penting, kita bisa menguasai diri, tidak gugup, ketika menangkap ular piton," katanya.

Karena, menurut dia, semakin gerogi, ular bisa semakin agresif. Ketika kepala ular telah dipegang, tubuh ular secara alamiah berusaha melilitnya. "Ketika melilit, kita berusaha santai, tidak tegang," katanya.

Karena, semakin tegang, ular akan semakin mempererat lilitannya. "Kita berusaha sesantai mungkin melepas lilitan ular," katanya.

Ketiga ular piton jadi hiburan tersendiri bagi anak-anak sekitar rumahnya. Mereka sesekali mengajak kawan sekolahnya menonton ular yang beratnya rata-rata sekitar delapan kilogram tersebut. 

Ada yang berminat membelinya. Namun, Efrat memilih merawatnya karena khawatir dibunuh warga. Dia memberikan makan ular-ularnya yang  dengan tikus got setiap empat bulanan.

Dia memperkirakan ular keluar dari persembunyian karena habitatnya yang semakin sempit. Dulu, pemukiman Gang Kenanga, bekas sawah dan tebing kebun serta semak-semak.

"Ular tersebut memanfaatkan saluran air, got, dan lainnya untuk berpindah dan mencari mangsa," ujar Efrat. (Herman Batin Mangku)


Comments