Kisah Dosen UBL Raih 3 Beasiswa Internasional
OTENTIK (TURKI) –
Mendapatkan kesempatan belajar di luar negeri melalui beasiswa tentu saja
merupakan hal yang diidam-idamkan. Refly Setiawan, dosen Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Universitas Bandar Lampung (FISIP UBL) yang juga merupakan
alumnus S1 dan S2 UBL berhasil menyabet 3 beasiswa internasional sekaligus.
Pada tahun
2018, Refly mendapatkan beasiswa dari Pemerintah Federasi Rusia untuk jenjang
S2 jurusan Ilmu Politik di Kazan Federal University Rusia dengan program perkuliahan
full menggunakan bahasa Rusia dan berhasil lulus pada bulan Juni 2021 dengan
IPK 4.75 atau setara dengan 3.75 di Indonesia. Sebelum lulus S2, Refly sudah
mendapatkan posisi waiting list (daftar tunggu) untuk jenjang S3 di Rusia.
Saat diwawancarai
secara online melalui Whatsapp (24/02), sebelum ia lulus dari Rusia pada
semester akhir ia iseng-iseng mendaftar beasiswa S3 Türkiye Burslar? (YTB)
Turki dan beasiswa Chinese Government Scholarship (CGS) dari pemerintah China.
"Pada saat itu saya hanya iseng-iseng saja karena fokus utama saya ingin
melanjutkan S3 di Rusia. Akan tetapi saya justru mendapatkan beasiswa Turki dan
China ketika saya sudah selesai studi dari Rusia. Di Rusia sendiri saya
mendapatkan waiting list S3 dan saya pikir tidak ada salahnya mencoba untuk
studi di Turki atau di China untuk mendapatkan pengalaman baru,"
terangnya.
Setelah
berhasil menggaet beasiswa China di Harbin Institute of Technology dan beasiswa
Turki di Sakarya Üniversitesi. Refly memutuskan untuk melanjutkan S3 di Turki
selama 5 tahun (1 tahun kelas bahasa turki dan 4 tahun studi doktoral).
"Saat ini saya sedang studi di Sakarya Üniversitesi dan masih mengikuti
kelas bahasa Turki (Tömer) selama 1 tahun. Setelah kelas bahasa Turki saya
nantinya kuliah di Jurusan Ilmu Politik dan Administrasi Publik," tambah
Refly.
Ia juga
menjabarkan syarat mendapatkan beasiswa dari luar negeri sebenarnya cukup mudah
asalkan kita niat untuk mendaftar. Salah satu syarat beasiswa S3 di Turki
minimal IPK S2 harus 75% standar kelulusan, wajib memiliki publikasi standar
nasional dan internasional (Web of Science dan /atau Scopus) syarat penunjang
ketika kita mau kuliah di luar negeri serta surat rekomendasi. Uniknya beasiswa
Turki tidak mewajibkan untuk menyertakan Letter of Acceptance (LoA) dari
supervisor dan tidak mewajibkan TOEFL score namun apabila ada, maka akan
menambah poin penilaian. Sedangkan untuk di China wajib memiliki LoA dari
profesor yang akan membimbing dan juga wajib memiliki score TOEFL minimal 550
atau IBT 85. Bisa juga menggunakan IELTS dengan standar nilai 6.5
Beasiswa yang
Refly gunakan untuk studi saat ini adalah Türkiye Burslar? Scholarship (YTB).
Melalui beasiswa ini ia mendapat banyak sekali manfaat selain bisa berkuliah
gratis (fully funded) ia juga mendapatkan asrama gratis, biaya kehidupan selama
di Turki, visa, program seminar yang juga didanai hingga pelatihan bahasa Turki
secara gratis selama 1 tahun.
Perbedaan
besar yang dirasakan ketika pindah ke Turki adalah dari budaya yang berbeda.
“Sebelumnya saya tinggal di Rusia dan saya studi disana. Di Rusia
orang-orangnya terbilang sangat dingin dan sulit tersenyum karena memang dari
budayanya begitu. Tetapi sebenarnya di Rusia orangnya sangat baik - baik bahkan
saya sangat betah tinggal di Rusia. Ketika di Turki, ternyata orang Turki mudah
tersenyum dan terkesan lebih ramah,” ungkapnya.
“Kalau dari
segi pendidikan di Rusia menganut sistem Eropa Timur sedangkan di Turki
menganut sistem Asia-Eropa sehingga terkadang saya masih harus menyesuaikan
perubahan sistem tersebut. Di Turki budayanya lebih Islami dan banyak makanan
halal sehingga memudahkan saya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan,”
terang Refly.
Sebelumnya
ketika di Rusia ia juga sempat kuliah sambil bekerja sebagai tour guide dan
aktif menjadi relawan, namun ketika pandemi Covid-19 ia berhenti menjadi tour
guide dan fokus ke kuliah. “Saya juga sesekali bekerja di pabrik, bahkan pernah
ikut proyek pembangunan apartemen bersama teman-teman Indonesia di Rusia. Akan
tetapi saat ini di Turki saya hanya fokus kuliah saja karena kebijakan beasiswa
YTB untuk para penerima beasiswa tidak boleh bekerja kecuali mendapatkan izin
dari Universitas dan di ketahui oleh pihak pemberi beasiswa,” tutupnya.
Meskipun saat
ini Refly berkuliah di Turki ia terkadang masih dimintai bantuan oleh pihak
Jurnal di Rusia untuk menjadi reviewer jurnal dan masih menjalin hubungan
kerjasama yang baik dengan beberapa editor jurnal di Rusia. (*/ida)
Comments