Inflasi April Terjaga, Waspadai Peningkatan Tekanan Harga Memasuki Ramadhan dan Idul Fitri
OTENTIK (BANDARLAMPUNG) – Indeks Harga
Konsumen (IHK) Provinsi Lampung pada April 2021 mengalami deflasi yaitu sebesar
-0,17% (mtm), sedikit lebih tinggi dibandingkan realisasi inflasi bulan
sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar -0,20% (mtm) namun lebih rendah dari
rata-rata inflasi April dalam 3 (tiga) tahun terakhir sebesar 0,15% (mtm).
Pencapaian tersebut juga lebih rendah dibandingkan inflasi Nasional dan
Sumatera yang masing-masing tercatat mengalami inflasi sebesar 0,13% (mtm) dan
0,09% (mtm).
Dalam siaran
pers Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung, secara tahunan, inflasi
Provinsi Lampung tercatat sebesar 1,75% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan
inflasi Nasional yaitu sebesar 1,42% namun lebih rendah dari inflasi tahunan
Sumatera yaitu sebesar 1,94% (yoy). Secara spasial, dibandingkan 90 kota
perhitungan inflasi nasional, inflasi Kota Bandar Lampung dan Kota Metro pada
bulan April 2021 tergolong relatif rendah dan masing-masing menempati urutan
ke-82 dan ke-79.
Dilihat dari
sumbernya, terjaganya tekanan inflasi pada bulan April 2021 didorong oleh
penurunan tekanan harga pada kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan
andil sebesar -0,24% (mtm). Adapun komoditas penyumbang deflasi terbesar antara
lain cabai rawit, cabai merah, beras, cumi-cumi dan bawang merah dengan andil
masing-masing sebesar -0,19%, -0,12%, -0,05%, -0,03% dan -0,02%. Penurunan
harga yang terjadi pada komoditas aneka cabai seperti cabai rawit dan cabai
merah didorong oleh terus meningkatnya pasokan aneka cabai, seiring dengan
telah masuknya masa panen dan di tengah musim hujan yang juga sudah mereda.
Sementara itu, berlanjutnya penurunan harga beras disebabkan oleh masuknya masa
panen raya beras di Provinsi Lampung. Di sisi lain penurunan harga komoditas
cumi-cumi didorong oleh mulai terjaganya pasokan yang didorong oleh
meningkatnya hasil tangkapan yang disebabkan oleh kondisi cuaca yang relatif
kondusif. Lebih lanjut, penurunan harga
dari komoditas bawang merah didorong oleh terus membaiknya pasokan bawang merah
yang terutama berasal dari sentra produksi di Brebes.
Meski
demikian, deflasi yang lebih dalam pada periode April 2021 tertahan oleh
inflasi yang terjadi pada sebagian komoditas di antaranya rokok kretek filter,
jeruk, televisi berwarna, telur ayam ras, baju kaos berkerah anak dengan andil
masing-masing sebesar 0,05%, 0,04%, 0,02%, 0,01% dan 0,01%. Kenaikan harga
rokok kretek filter disebabkan oleh peningkatan harga dari distributor yang
didorong oleh peningkatan tarif cukai rokok sebesar 12,5%. Sementara itu
peningkatan komoditas jeruk disebabkan oleh berkurangnya pasokan seiring belum
masuknya masa panen untuk komoditas jeruk. Di sisi lain meningkatnya tekanan
harga pada komoditas televisi berwarna didorong oleh kenaikan harga bahan baku
impor yang relatif tinggi seperti plastik dan panel LED. Sementara itu memasuki
Ramadhan, meningkatnya permintaan mendorong peningkatan harga pada komoditas
telur ayam ras. Sedangkan untuk
komoditas baju kaos berkerah anak, beberapa produsen meningkatkan harga
penjualan menjelang memasuki hari raya Idul Fitri.
Nilai Tukar
Petani (NTP) April 2021 tercatat lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya.
Peningkatan NTP ini terjadi seiring dengan meningkatnya harga pada komoditas
subsektor tanaman perkebunan rakyat seperti seperti kelapa sawit, lada dan
karet seiring dengan peningkatan harga komoditas global. Sementara itu, tekanan
inflasi perdesaan tercatat mengalami penurunan sebesar -0,09% (mtm). Dengan
demikian, NTP April 2021 tercatat meningkat sebesar 0,85% (mtm) dari 97,85
menjadi 98,68.
Ke depan, KPw
BI Provinsi Lampung memandang bahwa inflasi akan tetap terkendali pada rentang
sasaran 3±1%. Namun demikian, terdapat beberapa risiko yang perlu dimitigasi,
antara lain: Pertama, berlanjutnya peningkatan harga minyak goreng yang
dipengaruhi oleh peningkatan harga CPO dunia. Kedua, peningkatan harga daging
sapi yang disebabkan oleh meningkatnya harga impor sapi bakalan dan peningkatan
permintaan memasuki Ramadhan dan Idul Fitri. Ketiga, kenaikan harga daging ayam
yang dipengaruhi peningkatan peningkatan permintaan memasuki Ramadhan dan Idul
Fitri. Keempat, kenaikan harga kedelai yang berisiko mendorong naiknya harga
bahan makanan, termasuk harga produk peternakan.
Dalam rangka
mengantisipasi beberapa risiko tersebut, diperlukan langkah-langkah
pengendalian inflasi yang konkrit terutama untuk menjaga inflasi yang tetap
rendah dan stabil. Pertama, memastikan keterjangkauan harga, bekerja sama
dengan produsen, distributor dan kelompok tani melakukan operasi pasar murah
untuk komoditas-komoditas rentan pada periode Ramadhan. Pelaksanaan pasar murah
dapat dilakukan secara offline dengan tetap menjaga protokol kesehatan ataupun
secara online dengan bekerja sama dengan pihak e-commerce ataupun kanal
pemasaran lainnya. Kedua, memastikan ketersediaan pasokan sebagai antisipasi
lonjakan permintaan masyarakat menjelang HBKN sejalan dengan kembalinya
optimisme masyarakat pasca vaksinasi COVID-19. Untuk itu, TPID
Provinsi/Kabupaten/Kota perlu meningkatkan intensitas koordinasi, salah satunya
melalui Kerjasama Antar Daerah (KAD) dalam hal pemenuhan komoditas pangan
strategis menghadapi risiko kenaikan harga. Kota Bandar Lampung sebagai wilayah
yang memiliki kontribusi terbesar pada inflasi Provinsi Lampung perlu
mengupayakan KAD, khususnya untuk komoditas-komoditas utama penyumbang inflasi.
KAD dalam rangka HBKN tidak harus dilakukan secara formal namun bisa dilakukan
dengan menggandeng dan memfasilitasi produsen, distributor maupun kelompok tani
untuk menjual produknya dengan harga yang wajar. TPID dapat menyediakan
fasilitas tempat baik secara fisik maupun virtual. Lebih lanjut, dalam jangka
panjang, MoU tentang Kerjasama dalam rangka Peningkatan Perekonomian Daerah
oleh 10 Gubernur di Sumatera pada tahun 2020 dapat menjadi dasar untuk
penguatan Kerjasama Antar Daerah dalam pemenuhan pasokan bahan makanan di
wilayah Sumatera. Sementara itu, implementasi Program Kartu Petani Berjaya
(KPB), selain dapat meningkatkan kesejahteraan petani, tentunya dapat mendukung
upaya peningkatkan produktivitas pertanian dan ketersediaan pasokan. Ketiga,
memastikan kelancaran distribusi melalui TPID dan Satgas Pangan dengan
memastikan kembali kecukupan pasokan dan kelancaran akses distribusi bahan
pokok khususnya untuk komoditas-komoditas strategis menjelang HBKN di tengah
adanya pembatasan transportasi akibat adanya larangan mudik. Selain untuk
menjaga stabilitas harga, kelancaran distribusi dapat memudahkan produsen,
distributor dan petani memasarkan produk dan mendapatkan harga yang wajar.
Keempat, meningkatkan komunikasi efektif terkait ketersediaan pasokan dan upaya
pemerintah dalam pemenuhan pasokan untuk menjaga ekspektasi positif bagi
masyarakat dan menjaga stabilitas harga. Pimpinan daerah bersama TPID harus
melakukan tindakan proaktif dengan melakukan sidak pasar dan gudang menjelang
Ramadhan, melakukan siaran pers mengenai kecukupan pasokan dan kesiapan TPID
dalam mengawal pasokan dan harga komoditas, mengumumkan kegiatan pasar murah
berikut lokasi, tanggal pelaksanaan, serta jenis, jumlah dan harga komoditas
yang akan dijual, sehingga memberikan keyakinan bagi masyarakat untuk
berbelanja secara bijak dan tidak melakukan penimbunan menjelang dan selama
Ramadhan. (ida/rls)
Comments