Diskusi Membangun Harmoni Kebangsaan oleh Jaringan Komunitas Warga Indonesia di SMPN 2 Kota Gajah
OTENTIK (LAMPUNG TENGAH) – Kegiatan
Diskusi Kebangsaan dalam membangun harmoni bangsa yang diselenggarakan oleh
Jaringan Organisasi dan Komunitas Warga Indonesia Provinsi Lampung di Aula SMP
Negeri 2 Kota Gajah Kec Kota Gajah Kab Lampung Tengah, Jum,at (15/10/2021).
Kegiatan
dilaksanakan oleh Dir Pencegahan BNPT RI, Brigjen Pol R.Ahmad Nurwakhid, (NII)
Crisis Center, Ken Setiawan serta Ketua Panitia Irawan Heryanto, ST dan
Sekretaris Setiawan dan dari Polres Lampung Tengah Kasat Sabhara Polres Lampung
Tengah, AKP Zulkipli R, SE. Kapolsek Punggur, IPTU Mualimin, S.Pd. Kanit Kamneg
Sat Intelkam Polres Lampung Tengah, Ipda Jufriyanto,S.IP, Kanit Binmas Polsek
Punggur, IPDA Yusrizal dan 100 Orang peserta serta Kasat Binmas Polres Lampung
Tengah, AKP Kurmen Rubiyanto, SH, MM, mewakili Kapolres Lampung Tengah AKBP Oni
Prasetya, S.I.K.
Dalam diskusi
Brigjen Pol R.Ahmad Nurwakhid selaku Dir Pencegahan BNPT RI kepada hadir guru
agama, Ustaz, Kiai dan Tokoh Agama untuk mengajarkan perilaku toleransi dan
anti-radikalisme dan anti-terorisme kepada generasi muda khususnya anak,
pembelajaran perilaku tersebut dinilai sangat penting.
Karena
melihat tren kenaikan keterlibatan generasi muda dalam sejumlah aksi terorisme
di Indonesia, ditambah lagi di masa pandemi Covid-19, media sosial yang
sebagian besar diminati anak, justru banyak memuat konten berbau agama namun
dibalut dengan narasi intoleran dan radikal.
Maka Saya
mengajak kepada Guru agama, ustaz, tokoh agama punya peran penting. Mereka
berperan penting mengajarkan akhlak perilaku budi pekerti kepada generasi muda,
Pendidik berperan aktif dalam pencegahan dan penanggulangan terorisme di Masa
Pandemi Covid-19
Para pendidik
agama agar dapat dengan rutin memberikan vaksin anti-intoleran dan radikalisme
dengan cara menjadi buzzer-buzzer perdamaian dan cinta tanah air baik di dunia
nyata maupun maya agar anak tidak memiliki pemahaman agama yang menyimpang.
Radikalisme
dan terorisme bisa muncul dan punya potensi di individu manusia terlepas dari
agama dan statusnya. Pemahaman dan cara beragama yang menyimpang akan membuat
individu terebut menjadi radikal. Data menunjukan dari tahun 2000 hingga
sekarang, pelaku bom bunuh diri berusia dalam rentan umur 18-30. Anak muda
sangat rentan menjadi radikal dan terorisme, tutupnya. (ida’humas lt)
Comments